Mohon tunggu...
Teguh Prasetiyo
Teguh Prasetiyo Mohon Tunggu... MAHASISWA SOSIOLOGI

Studying Sociology | Menulis | Research

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Rintih, Aku Merajut Do'a

11 Oktober 2025   13:52 Diperbarui: 11 Oktober 2025   13:52 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Do'a mu akan sampai (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/3940718420555398/)

Di pundak ini, beban-beban itu menderu bagai sungai yang pasang,
Mengikis tebing-tebing jiwa yang kian lapuk dan tandus.
Setiap rintih yang terpendam, laksana akar dalam kegelapan,
Mencengkeram erat, mencari sumber yang telah kering.
Tapi dari sela-sela retak yang paling dalam itu,
Kuberanikan sebuah bisik, sebuah nama.

Langit kelabu menyaksikan, angin pun enggan bersua,
Di ruang hampa antara harap dan letih yang tak berujung.
Kutatap cermin yang memantaskan diri yang terbelah,
Antara pekik yang ingin meledak dan senyum yang harus tersemat.
Lalu kuhimpun semua pecahan yang berserakan itu,
Menjadi manik-manik kalimat yang kan kupersembahkan.

Karena doa bukanlah pelarian bagi para pecundang,
Ia adalah pemberontakan halus jiwa yang tak mau menyerah.
Ia adalah jaring yang kau anyam dari benang-benang putus asa,
Untuk menangkap secercah cahaya yang jatuh dari celah langit.
Sebentuk keyakinan yang kau tancapkan di tanah gersang,
Merawat benih kesabaran yang hampir mati diterjang badai.

Maka biarlah pada setiap rintih yang tak terucap lagi,
Pada setiap desah napas yang tersengal di ujung senja,
Kutungkai segala gumpalan duka yang membatu di dada,
Kujadikannya serat-serat kuat bagi sajadah panjang hidup.
Dan dari tenun yang kusut itu, kau akan dapati suatu pagi,
Sebuah kebeningan baru, yang lahir dari kepalan malam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun