Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Love

Indah karena Bertahan, Mulia karena Mencinta

4 September 2025   00:30 Diperbarui: 4 September 2025   00:30 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber depositphotos.com

Ia bukan sekadar sosok dengan senyum manis dan wajah indah yang memikat. Ia adalah jiwa yang hidup, penuh cahaya, keteguhan, dan kasih sayang. Orang-orang yang mengenalnya berkata: ia bukan hanya cantik pada rupa, tapi juga indah dalam caranya mencintai dan bertahan.

Sejak kecil, ia ditempa oleh kehidupan yang tak selalu ramah. Hujan masalah sering mengguyur, panas cobaan tak pernah surut, dan angin ujian terus bertiup tanpa ampun. Namun ia tidak menyerah. Dengan langkah kecil yang teguh, ia belajar bangkit, menatap dunia, dan berbisik dalam hati: Aku di sini. Aku akan bertahan. Aku akan mekar dengan caraku sendiri.

Ia adalah perempuan dengan banyak sisi. Keindahannya tidak berhenti pada paras, melainkan terpancar dalam tutur kata, kepedulian, dan tindakannya. Saat berbicara, ia mampu menenangkan hati yang resah. Saat tersenyum, seolah seluruh ruang menjadi lebih terang. Kehadirannya adalah rumah, tempat orang merasa diterima tanpa syarat.

Kehidupannya bukan hanya tentang dirinya sendiri. Ia sering menjadi teman yang mau mendengar tanpa menghakimi, bahu yang siap menampung air mata, dan tangan yang ringan membantu siapa pun yang membutuhkan. Bagi anak-anak, ia adalah guru kehidupan; bagi sahabat, ia adalah penguat; bagi orang tuanya, ia adalah kebanggaan yang tak tergantikan.

Yang paling istimewa darinya adalah ketulusan dalam mencintai. Di tengah dunia yang penuh rayuan semu dan janji palsu, ia tetap teguh memegang kesetiaan. Ia tidak mudah terpesona oleh perhatian singkat. Sekali hatinya memilih, ia akan menjaga dengan sepenuh jiwa. Cintanya lembut, namun kuat. Hangat, namun tidak mengikat. Ia adalah pelabuhan bagi hati yang letih, rumah bagi jiwa yang jujur.

Namun, di balik kelembutannya, ia adalah pejuang. Ia memiliki mimpi tinggi dan tekad kokoh. Ia ingin hidupnya membawa manfaat, ingin setiap langkahnya berarti, meski tidak semua orang memahami maksud dan perjuangannya. Ia melangkah perlahan tapi pasti, menuju tujuan yang diyakininya.

Pernah suatu masa badai besar melanda kehidupannya. Luka datang bertubi-tubi, harapan sempat runtuh, dan dunia seakan mengujinya tanpa henti. Tapi ia berdiri. Meskipun tubuhnya lemah dan hatinya hampir hancur, ia memilih bertahan. Ia menguatkan orang-orang di sekitarnya, meski dirinya sendiri terluka. Hingga ketika badai reda, ia menjadi bukti hidup bahwa harapan selalu punya tempat, bahkan dalam kegelapan terdalam.

Kini, setiap orang yang mengenalnya menyimpan kisahnya sebagai pelajaran berharga: tentang keteguhan, cinta, kesetiaan, dan harapan. Ia adalah perempuan yang tidak hanya indah dilihat, tapi juga indah dijalani kisahnya.

Di balik tatapan matanya, ada keberanian seekor singa. Dalam kelembutan suaranya, ada ketenangan rembulan. Ia adalah perempuan yang tahu apa yang ia mau, berani menolak jika tak sesuai dengan prinsipnya, dan tak pernah rela mengorbankan dirinya hanya untuk menyenangkan dunia.

"Jangan ajari aku cara mencintai," ucapnya suatu hari, "karena saat aku mencinta, itu adalah seluruh semesta yang kuberikan." Dan benar saja, ketika ia memberi hatinya, bukan sekadar cinta yang ia berikan, melainkan seluruh dirinya---utuh, tulus, dan abadi.

Ia bukan cahaya yang menyilaukan, tapi cahaya yang menuntun. Kerendahan hatinya adalah mahkota tak kasat mata, membuatnya tampil anggun tanpa perlu menonjolkan diri. Ia adalah ratu tanpa istana, pemimpin tanpa mahkota, yang justru dihormati karena kebeningan jiwanya.

Dalam tawanya, tersimpan kekuatan. Dalam matanya, tergambar mimpi besar. Dan dalam pelukannya, ada rumah yang tak semua orang bisa miliki.
Ia tidak dilahirkan kuat---ia memilih untuk menjadi kuat. Ia menciptakan sinarnya sendiri. Dan di dunia yang sering menuntut orang untuk berubah, ia tetap menjadi dirinya sendiri.

Justru karena itulah, ia akan selalu dikenang.
Ia adalah keteguhan dalam kelembutan,
dan kehangatan dalam keberanian.
Ia adalah rumah bagi hati yang tahu cara pulang.

Dan semoga kali ini aku benar-benar diberi kesempatan untuk mencintainya tanpa henti, dengan sepenuh hati, tanpa jeda, tanpa alasan untuk menyerah. Bukan sekadar cinta yang singgah lalu pergi, melainkan cinta yang berakar, tumbuh, dan tetap hidup hingga napas terakhir. Jika hidup adalah perjalanan penuh badai dan cahaya, maka biarlah aku menjalaninya bersamanya---hingga akhirnya, aku bisa berkata dengan tenang: aku telah mencintainya sampai mati.

Aku pernah hancur di tengah badai,
pernah hilang dalam gelap yang sepi.
Namun kini, di hadapannya,
aku menemukan cahaya baru---
cinta yang lahir bukan dari luka,
melainkan dari harapan yang tak pernah mati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun