Mohon tunggu...
Situt Saputro
Situt Saputro Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

@situt.04

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Kelam Kemerahan

21 April 2020   01:33 Diperbarui: 21 April 2020   17:43 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampus pun tak kalah menjadi tempat momok untuk menebar ketakutan yang luar biasa dan tak mampu digambarkan. Tentara dengan moncong senjatanya sudah memasuki kampus, menangkap beberapa kawan mahasiswa yang terdeteksi ikut turut andil dalam gerakan revolusi.

Poster-poster Bung Karno dicopoti, kantor sekretariat gerakan mahasiswa yang berafiliasi dengan partai pendukung revolusi diporak-porandakan dengan bengis tanpa tanding aling-aling.

Sepanjang pertengahan tahun 1966 tersebut menjadi ingatan kelam yang tak bisa dilepaskan dalam kehidupannya. Satu per satu temannya mulai hilang tidak ada kabar. Kampus makin mencekam dengan pembakaran buku-buku perpustakaan yang dicap sebagai komunis makin tak dapat dihindarkan. Kelas-kelas kosong. Kampus seketika mati dan sepanjang hari hanya diisi pekikan teriakan dan barisan bakar-bakar demonstrasi.

Melihat suasana yang kian jauh dari kata aman bagi Yati, serta hati dan pikiran dipenuhi rasa tanya keadaan keluarga di kampung yang semenjak dua bulan sudah berhenti berbagi komunikasi, Yati memutuskan untuk pulang berharap menemui rasa aman dan kesalamatan.

---

Melalui kereta lokal dari Wonokromo karena hari-hari terakhir bus jurusan Bungurasih-Jombang berhenti beroprasi karena  keadaan semakin runyam dan membahayakan, Yati dengan aman tiba di kota Jombang. Kaget serta ketakutan, keadaan kota begitu penuh bara, alun-alun penuh kepalan asap tempat dibantainya para simpastisan oleh tentara dan segala kekuatan akar rumputnya.

Dengan penuh ragu, Yati melangkah demi langkah menyusuri jalanan sembari menunggu angkutan atau tukang ojek yang biasa mengantarkan ke kampungnya. Namun naas, suasana penuh duka, derita, dan kekejaman membuat semua manusia ciut untuk beraktifitas semestinya.

Orang-orang sibuk menonton bagaimana manusia diseret, dipecut, ditendang, diikat, digantung, bahkan dibedil dan dibakar di depan mata telanjang.

"mau kemana dik?" dengan nada tegas seorang berkabaret dengan senjata lars panjang di genggamannya bertanya.

"mau, eh. Dari Surabaya" jawab Yati.

"mau kemana, jangan mbulet neng ditakoni. Keadaan genting, ikut kami. Sekarang kota lagi dalam keadaan darurat, pemeriksaan diperketat, orang asing tidak boleh sembarang berkeliaran. Bisa bahaya, untuk masyarakat, dan kanggo awakmu dewe" jawab salah tentara, dengan menanggam pergelangan tangan Yati membawa masuk ke truk yang penuh dengan kegelapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun