“Pemuda itu..,”Kinasih bergumam.
“Sudah berapa hari ia tidak bekerja disini ?”
“Apa dia lupa pesan tabib itu, untuk memantau kesehatan ibundaku ?”Kinasih bertanya dalam hati.
Kinasih memberengut melihat Wijaya yang tidak peduli lagi dengan keadaan ibunya, akhirnya ia mendekati wijaya yang sedang asyik memelihara kuda ayahandanya.
“Bagaimana kabarmu kakang ?”Kinasih bertanya sambil memberengut.
Wijaya tergagap tidak menyadari kehadiran Kinasih, ia lalu membalikkan badan dan menundukkan kepalanya.
“Ampun Putri.., hamba tidak melihat kehadiran putri, hamba baik-baik saja.”
Putri Kinasih masih bermuka masam mendengar perkataan Wijaya
“ Apakah kau tidak peduli dengan keadaan ibundaku..?”Kinasih bertanya.
“Bukan maksudku putri, tentu karena sebab yang putri ketahui sendiri.”
“Tapi sebelum itu putri, panggil saja aku Wijaya, rasanya tidak pantas kalau aku dipanggil demikian, hamba takut dianggap deksura.”