1. saya menggunakan konsep free writing saat mengembangkan baitnya. Â bait baitnya saya bebaskan dari kelaziman, hanya diikat oleh pengertian/sajian tertentu. Saya awali dengan:
//pagi itu semacam pernafasan//
kata semacam, sebagai jawaban dari terminologi yang saya angkat.
Demikian juga pada bait kedua: // pagi itu  seperti hidangan semesta//, sebagai maksud yang sama dari perspektif pagi yang saya tuju pada bait pertama tadi: pagi sebagai anugerah yang istimewa dan layak disyukuri  dengan terbuka, seberat apapun".
Pada bait ketiga, merupakan pandangan personal dan meniliknya dari segi pikiran, yang merupakan "otoritatif" dari Tuhan (Allah SWT), kita bisa berbuat apapun dengan pikiran itu, yang kemudian memengaruhi kehidupan kita :
.....Pikiran menerjemahkan kehidupan// akhir bait ketiga.
2. Karena ide dari puisi ini amat sederhana, seputar perspektif terhadap makna pagi dan irisan yang ada di dalamnya, Â maka yang terberat adalah menemukan kata/diksi yang tidak klise, walaupun diksi itu diksi yang biasa dijumpai.
Contoh: pagi menyuplai pikiran. Kata suplai juga belum pernah saya gunakan. dst.
3. Puisi ini termasuk yang cepat selesai, karena menggunakan metoda menulis bebas dalam ikatan tema. Beda dengan " Jam Angan", ada inkubasi selama tiga hari. yang terberat hanya memilah diksi yang baru atau daya ungkap yang baru.
Penutup:
Demikian sekilas gambaran tentang bagaimana puisi "Terminologi Pagi" terlahir tadi pagi, sebelum berangkat ke sekolah.
moga manfaat.
salam hormat selalu.