Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Ingin Menulis Puisi yang Panjang

30 September 2021   21:07 Diperbarui: 30 September 2021   21:13 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.dok.unair.com

Aku Ingin Menulis Puisi yang Panjang

Aku ingin menulis puisi yang panjang
yang memanjati leher leher peristiwa
dari pagi ke petang
hingga ke malam harinya
menjadilah cerpen
dan mungkin novel
yang membuatmu gigil, gigimu patah dan pundakmu ngilu.

Aku ingin menulis puisi
yang panjang
yang lebar
yang sabar
tapi khawatir tentang beberpa kata
yang akan terulang
atau kejadian kejadian sama
yang direkam lagi, tanpa sadar,
jadilah puisi yang berputar putar,
melebar, menyebar, menyerbuk
menjadi belukar yang merisaukan
siapapun yang menyaksikan

Walau aku tak suka sekali
puisi yang panjang,
ini waktu ingin kutulis,
pelan pelan
dan hati hati
membuka file mental
yang jauh dan keruh
ingatan ingatan terpaut
keram dan rapuh.


pelan pelan dan hati hati
loading pada pikiran, imaji
dan kesadaran lain
berkejaran dan saling tabrak.
menabrak pinggangmu
melabrak mimpi mimpi
yang diaduk dalam kopi tubruk
hidangan tanpa dusta:


engkau menyeruput kopi itu
atau meminta secangkir teh hijau
yang meredam risau risau
sambil terus  engkau baca puisi ini

Sepi
sembilu
senang
cemburu
secabik rindu
secubit waktu
menemani bait bait

semakin panjang, puisi ini
dililit kebuntuan
melatih kebijaksaan
mungkin melelahkan
dan melelehkan bongkahan dendam

puisi yang pendek-singkat
tetap mungkin memikat
dan puisi panjang
merekam ingatan
menarik ingatan
ke lompatan lompatan
yang paradoks dan nyaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun