Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dari Monolog ke Monolog

12 September 2021   15:48 Diperbarui: 12 September 2021   16:04 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Monolog ke Monolog 

Semua suara telah dijinakkan dalam keheningan kuku kekuasaan. Semua suara payah dan pengertian membentur aspal, meja perundingan dan dinding dinding kota yang tebal. 

Semua Isyarat dan jejak rembulan telah hangus dalam kesibukan industrialis.

Orang orang mencari cari kosa kata baru untuk esoknya yang laju dan cepat. Penemuan baru. aplikasi baru. kebahagiaan baru. isi kepala yang baru.

Pada lampiran waktu kaki kaki musafir di safari hikmat banyak menemukan kelakuan di atas.

Semua seakan melompat, semua seakan berkisar dari monolog ke monolog. :mungkin kita perlu daya gugah yang hebat, menohok semua kebisuan, dan kita bercerita saling sepadan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun