Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pandanglah Langit!

13 Agustus 2021   08:56 Diperbarui: 13 Agustus 2021   08:59 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernah disebutkan bahkan memandang langit bisa menjadi penawar jiwa: menepis sedih, memperluas perspektif dan membangun keinsyafan.

Memandang langit tidak sama dengan memandang gunung dan lautan. Pada referensi yang lain disebutkan bahwa memandang lautan luas lebih memperkaya jiwa dibanding memandang gunung. Sebab gunung tak menyembunyikan rahasia lagi bila kita sampai pada puncaknya. Sedang laut, lebih memiliki banyak lapisan rahasia, baik di dalamnya ataupun di ujung horizon, lagi pula, di sebelah sana ada ratusan pulau dan cerita yang belum terbaca.

Tentu akan lebih takjub bila kita dapat menikmati rasa memandang langit. Rasa itu bisa berupa sentuhan sains, spiritualitas dan sisi emosionil. 

Saat kita memandang langit, tergambar sosok diri yang berupa mikro kosmos, hanyalah setitik pasir di keluasan "hamparan pantai" semesta.

Dan betapa sibuknya kita berlomba guna menerjemahkan waktu, sementara setiap elemen langit selalu bekerja sesuai Titah Pencipta. Hingga sampai ke batas muntaha, gerbang keagunganNya.

Pandanglah langit!,  ia membawa diri insyaf untuk rendah hati, bagai bintang bintang tinggi yang tampak rendah di atas air kolam.

Pandanglah langit, bagaimana ia bisa tegak kokoh tanpa tiang!  Bagaimana langit itu diluaskan. Bagi setiap lapisan langit ada perhiasan  yang  sedap di pandang mata. Sedang suatu hari nanti, kesemuanya akan runtuh berhamburan:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun