Puisi Lima Menit
1//
Matahari mulai tampak sepenggalan galah. Harapan telah tergadaikan untuk kehidupan hari ini.
Sambil meneguk hidangan kopi
beberapa peristiwa berkelebat
di tepian otak:
Dari identitas kemanusiaan kita
yang terserak dalam keping keping
kepentingan nisbi, kilang minyak, gengsi
dan kerakusan.
Ke refleksi kecil sehari hari
tentang harga bawang dan kunjungan pernikahan.
2//
Orang orang mencari bahagia,
mencari kebahagiaan yang dulu miliknya,
sebelum semua batasan kesenangan dan materialisme merenggutnya
menjadi potongan kertas yang berserakan. Sebelum kesibukan dan kebesaran diri menjelma belantara.
3//
Membaca dan mendengar berita
(bila layak disebut berita) saat pagi
atau sore hari, atau di sela waktu
lewat HP pintar, juga TV, kudapati peristiwa dan gambar kejadian yang menjadi benang kusut. Sementara kita tidak kekurangan orang pintar, dan kita memiliki sekolah sekolah berstandar.
Jeda dari kesemuanya adalah kabar gembira tentang kita yang masih menyimpan benih benih harapan. Benih keberanian untuk menimbang baik dan buruk, salah dan benar, kemajuan dan keterbelakangan.