Mohon tunggu...
Taufiq Hidayat
Taufiq Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Kopi

Canda untuk luka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Rindu

14 Juni 2021   19:19 Diperbarui: 14 Juni 2021   19:29 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yah, di bulan Juni ini tepatnya 20 Juni 2019. Masih dalam suasana pancaroba. Angin yg menghempas tubuh begitu dingin bercampur teriknya panas menusuk hingga ke lapisan epidermi paling dalam kulit. Pagi ini,jam 7.30 yg akrab disapa bang berto dapat surat dari partner in crime(sebuah sebutan untuk mantan),surat itu berisikan permintaan maaf juga terselip undangan pernikahan yang mana Nabilah meminta dia untuk datang menyaksikan sekaligus mendoakan dia. Kretep,kretep(suara dia melimpat surat itu). 'Dalam benak mendalam,hati seorang lelaki berperawakan kurus,berambut gondrong, 'ah masak iya sih,aku tak mampu buat mendatangi momen yang buat dia begitu bahagia,harusnya aku mampu meski nanti tubuhku meriang,rambut seketika botak,hahaha tak mengapa juga. Lebih baik aku mendatangi saja.

Masuklah mas berto ke kamar kost yang kumuh tempat dia mencari kehidupan sebagai penjual kopi. Lebih baik aku memang harus datang dia sudah berjuang keras buat memantapkan hati meski ini sangatlah sulit bagi dia,namun mjngkin selembar rindu masih ada tersusun rapi diantara diary kehidupan kita dulu.

Semoga aja ada tiket bus bisa temui dia,tujuan ku ke bumi shalawat,tempat dimana banyak pesantren berdiri di sana.

Mandi aja ah,badan gerah pikiran rasanya juga mau pecah selepas membaca surat dari dia yg akan menikah,ditambah omzet kian hari terjun bebas. Maklum keadaan ekonomi semakin menurun akibat serangan tak terduga,ya corona sedang menimpa negeri ini.

Wajar aja,tubuh mas berto makin hari makin kurus bahkan bila disandingkan sama lidi saja bisa dikira sama sih.

Namun meski begitu kondisi yg menimpa dia tak juga menyerah begitu saja,sebagai seoranh pejuang kehidupan semangat itu berkobar sebab jalan ninja tlah ditempuh,dipilih meski sangatlah sulit. Dia berjuang,dan terus tak lelah.

Biasa,selepas mandi rambut digerai diberi vitamin beraroma parfum travel favorit doi,pake sedikit sisa pengharum londry,dengan kaos hitam,flanel kotak-kotak merah,jeans,lengkap bersepatu. Dia keluar bersama gerobak kopinya bersiap bertempur menjalani roda hidup.

Sesampainya di lokasi,dia masih berpikir gimana cara aku bisa datang ke sana? Sedangkan,kondisi corona mana mungkin bisa dapat tiket,pikiran ini semakin mengusik hingga tak terasa baru aja menaruh gerobak. Segerombol petugas sudah datangi dan meminta dia menutup jualan,uamh belum di dapat perut masih keroncongan ditambah beban pikiran demikian,lengkap rasanya ingin minum kopi bercampur panadol racikan biasa diminum tuk kuatkan tubuh.

Yah,mau seperti apa juga kita sebagai warga negara baik,meski sering dicap pelaku kriminal tetap harus patuhi prokes.

Pulang,dengan langkah lemas wajah pucat setelah 3 hari tak makan sama sekali. Dia kuatkan langkah ini hanya untuk sekedar berbarimh.

Dia pejamkan mata,tak sadar dia mulai ingat kejadian 7tahun silam. Sewaktu masih bersama Nabilah sosok perempuan unik,berkarakter,meski sering kali orang-orang membully karena fisiknya yang teramat kurus,ditambah berkacamata begitu tebal. Istilah anak now insecure yg begitu dalam dia rasakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun