Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Joko Tingkir Bag 15

15 September 2025   11:46 Diperbarui: 15 September 2025   11:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Tingkir: skrinsyut 


 Intrik di Balairung

Istana Demak, pagi yang cerah. Burung-burung berkicau di halaman, tapi suasana Paseban Kecil terasa berat. Karebet, yang kini menyandang gelar Senopati Muda, duduk berdampingan dengan para adipati senior. Di hadapannya, Sultan Trenggana berbicara tentang rencana penyerbuan ke daerah timur yang masih enggan tunduk.

Namun bukan pidato Sultan yang menarik perhatian Karebet, melainkan tatapan-tatapan menusuk dari beberapa adipati. Ada yang menatapnya seolah ia anak kecil yang belum pantas duduk di situ, ada pula yang menatap dengan senyum getir, samar-samar menyimpan ejekan.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 13

Seorang adipati tua berbisik kepada kawannya, cukup keras untuk terdengar:
"Anak desa sekarang duduk sejajar dengan bangsawan. Dunia memang sudah jungkir balik."

Karebet mendengar, tapi ia hanya menunduk. Dalam hatinya, ia tahu: medan perang di laut dan darat mungkin keras, tetapi medan intrik di istana jauh lebih licin dan berbahaya.

Bisikan Sunan Kudus

Selesai paseban, Karebet dipanggil secara khusus oleh Sunan Kudus. Lelaki itu terkenal cerdas, halus budi, tetapi tajam membaca politik.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 9

"Karebet," ucap Sunan Kudus sambil menatapnya tajam, "kau sudah melangkah ke jalan yang tinggi. Tapi ingat, di sini bukan hanya pedang yang menentukan. Lidah lebih tajam daripada bilah keris. Banyak mata menunggu jatuhmu."

Baca juga: Joko Tingkir Bag 10

Karebet menjawab lirih, "Kanjeng Sunan, hamba tidak mengejar kedudukan. Hamba hanya menjalankan titah Sultan."

Sunan Kudus tersenyum samar. "Itu yang kau katakan. Tapi bagi yang lain, keberadaanmu adalah ancaman. Belajarlah mendengar lebih dari yang diucapkan. Diam bisa jadi lebih kuat dari seribu kata."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun