Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Joko Tingkir Bag 10

8 September 2025   17:31 Diperbarui: 8 September 2025   17:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Tingkir: skrinsyut 

Ombak Berdarah di Laut Rembang

Malam merangkak pelan di pelabuhan Jepara. Lampu-lampu minyak bergoyang diterpa angin laut yang dingin. Kapal-kapal besar tertambat rapat, tetapi bisik-bisik gelisah terdengar di antara para awak. Berita tentang serangan kapal dagang Demak telah sampai ke telinga semua orang. Ombak malam seolah menyimpan rahasia yang kelam.

Mas Karebet berdiri di geladak jung utama, memandang gelap laut yang hanya disinari bulan sabit. Ia baru saja menerima titah dari Tumenggung Jepara: berangkat malam ini, kejar perompak, dan amankan jalur niaga. Sebuah perintah yang terdengar sederhana, tapi Karebet tahu: ini lebih dari sekadar menghadapi bajak laut. Ada sesuatu yang tidak wajar.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 9

Ia menoleh ke arah prajurit yang bersiap. Mata mereka tampak cemas, tapi tekad menyala. Di antara mereka, seorang pemuda bernama Wira berbisik, "Kakang, aku mendengar kabar... perompak itu bukan orang sembarangan. Mereka punya hubungan dengan salah satu adipati."

Karebet menatapnya tajam. "Jaga kata-katamu, Wira. Laut punya telinga."

Namun, dalam hatinya, ia tidak menampik kemungkinan itu. Politik Demak memang seperti ombak: tenang di permukaan, tapi ganas di dasar.

Perjalanan ke Laut Rembang

Baca juga: Joko Tingkir Bag. 2

Ketika jangkar diangkat dan layar terkembang, suara genta kapal menggema ke tengah malam. Armada kecil itu bergerak pelan, menembus kabut tipis. Karebet berdiri di haluan, menatap bintang yang menggantung di langit gelap. Di balik semua ini, ada misi yang lebih besar: menjaga nama Demak, menjaga amanat Sultan.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 4

Beberapa jam kemudian, samar-samar mereka melihat bayangan gelap di kejauhan. Kapal jung besar dengan layar hitam, bergerak pelan seperti raksasa yang bersembunyi. Api obor menyala redup di dek, menandakan mereka masih bersantai setelah merampas harta.

"Siapkan panah api!" seru Karebet pelan, tapi tegas. Anak-anak panah dilumuri minyak, siap menyalakan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun