Karebet memandang keris itu lama, dadanya berdegup. Ini bukan sekadar perompakan. Ini pesan. Seseorang di dalam istana ingin menjatuhkannya---atau lebih besar lagi, mengguncang kekuasaan Sultan.
Ketika ia kembali ke pelabuhan Jepara, sosok yang pertama menyambutnya adalah Retna Kencana. Wajahnya pucat, tapi matanya berkilat lega.
"Adimas... aku mendengar segalanya. Kau terluka?" tanyanya lirih.
Karebet tersenyum tipis. "Luka di tubuh mudah sembuh. Luka di hati... itu lain."
Retna menatapnya, seolah memahami bahwa Karebet kini memikul beban yang jauh lebih besar daripada tombak dan perisai.
Dan di ufuk timur, matahari perlahan terbit, membawa janji hari baru---namun juga bayang-bayang intrik yang kian pekat.
Bersambung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI