Cerita ibu yang "kegencet" itu bukan sekadar lelucon. Itu seharusnya menjadi alarm. Kalau betul terjadi, seharusnya ada evaluasi total atas prosedur naik-turun bus di atas kapal.
Jika Terjadi Darurat: Siapa yang Bisa Menyelamatkan Diri?
Kondisi di atas feri kita sangat bergantung pada posisi parkir kendaraan. Kalau bus di sisi tepi, penumpang bisa turun dengan mudah ke koridor kapal. Tapi jika bus di tengah, diapit truk dan kendaraan besar lainnya, praktis tidak ada ruang aman untuk keluar. Dalam kondisi darurat seperti kebakaran atau tabrakan, situasi ini bisa jadi bencana. Apa yang terjadi juga terjadi kondisi darurat saat penumpang belum turun dari bus?
Bayangkan jika ada api atau asap tebal dan penumpang harus mengevakuasi diri dalam waktu singkat. Tanpa ruang gerak, tanpa penerangan yang jelas, dan tanpa jalur evakuasi khusus, ini bukan lagi soal kenyamanan---tapi soal hidup dan mati.
Bandingkan dengan Jepang:
Sebagian kapal feri kita ternyata bekas feri di Jepang. Tapi sayangnya sistem yang baik di sana belum tentu diterapkan di sini.
Di Jepang , area parkir kendaraan diatur dengan jarak yang cukup. Setiap kendaraan diatur satu per satu oleh petugas yang menggunakan peluit, papan petunjuk, dan sistem komunikasi langsung ke ruang kemudi.
Lebih dari itu, penumpang tidak diizinkan bebas bergerak di dek kendaraan saat kapal sedang berlayar. Mereka wajib berada di kabin penumpang yang memiliki petunjuk evakuasi lengkap, alat pelampung tersedia, dan ruang cukup lega. Dalam kondisi darurat, ada jalur keluar ganda, dan di setiap kapal ada drill rutin yang dilatih petugas.
Tidak ada petugas yang sambil bercanda mengatakan "semoga gak ada apa-apa ya". Yang ada adalah sistem yang memastikan: kalau ada apa-apa, kita tahu apa yang harus dilakukan.
Kisah Feri Barcelona dan Tragedi di Selat Bali
Belum lama ini, dunia dikejutkan oleh kecelakaan feri Barcelona, di mana jumlah penumpang tidak sesuai manifes, dan tidak semua mengenakan pelampung. Sebelumnya juga terjadinya tragedi tenggelamnya kapal feri di Selat Bali. Rasanya dua kejadian itu masih terlalu hangat untuk dilupakan. Tentu saja kita bisa bilang bahwa itu sudah nasib atau takdir.