Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kursi Goyang dan Sangkar Ruang Makan di Pabrik Tegel Lasem

18 Juli 2025   20:16 Diperbarui: 7 Agustus 2025   13:54 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paneli Tegel LZ. (Dokumentasi Pribadi)

Mesin dan alat pres serta cetakan-cetakan tua masih tertinggal di sana, berdebu dan berkarat. Sebagian buatan Jerman dari Leipzig, karena itu pabrik ini disebut LZ.

Mein tua. (Dokumentasi Pribadi)
Mein tua. (Dokumentasi Pribadi)

Sebuah mesin tua bermerek "Lichtwerke & Shne -- Wienersdorf, Austria" menunjukkan teknologi bahwa kuno Eropa masih dipakai sampai sekarang. Mesin ini digunakan untuk menekan adonan tegel ke dalam cetakan.

Berada di ruangan atau workshop tua ini terasa seperti berada di sebuah museum tak resmi: barang-barang ditumpuk acak, tapi masing-masing punya cerita jika kita mau mendengarkan.

Mam karyawan. (Dokumentasi Pribadi)
Mam karyawan. (Dokumentasi Pribadi)

Di dinding, kami melihat satu hal yang mencolok: papan absen dari tahun 1970-an. Kayunya tua, angka-angkanya sudah pudar, tapi nama-nama pekerja masih bisa dibaca samar. Di sinilah, mungkin, mereka mencatat kehadiran para buruh harian: satu demi satu menandai hari kerja yang terlewati.

Nama-nama seperti Kandar, Fathuri, Sukemie, Sakimin, Sariaji, Sarih, Eksan, Lasiaih ditulis di papan tulis, menunjukkan sistem kerja harian atau shift. Ada kolom bertuliskan "Semen", "Gres", dan "Onoda" yang tampaknya menunjukkan jenis bahan campuran atau asal bahan baku yang dipakai

Saya terdiam sejenak di depan papan itu. Papan absen yang sederhana itu seperti pintu kecil ke masa lalu. Bayangan para pekerja, mungkin dari berbagai latar, berdiri mengantri untuk mencatat jam masuk mereka. Tak ada yang monumental, tapi justru di sanalah nilai sejarahnya terasa: keseharian yang dilestarikan diam-diam.

Masa Pendudukan dan Jejak Jepang

Mas Agik sempat menyebut bahwa pada masa pendudukan Jepang, pabrik tegel ini tetap sempat tidak berproduksi---dan pemiliknya sempat mengungsi ke Surabaya.
Jejak Jepang mungkin tidak langsung tampak dalam arsitektur atau dokumen, tapi sejarah Lasem sebagai kota pelabuhan dan industri kecil di masa pendudukan tidak bisa dilepaskan dari cerita-cerita seperti ini: tempat kecil yang menjadi saksi bisu perubahan besar.

Kembali ke Halaman: Teduh dan Tidak Terburu-buru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun