Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kursi Goyang dan Sangkar Ruang Makan di Pabrik Tegel Lasem

18 Juli 2025   20:16 Diperbarui: 7 Agustus 2025   13:54 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paneli Tegel LZ. (Dokumentasi Pribadi)

Tegel. (Dokumentasi Pribadi)
Tegel. (Dokumentasi Pribadi)

Menurut mas Agik, Tegel motif kereta api ini dulu dipesan khusus oleh Nitisemito untuk rumah kembar di Kudus. Namun kami tidak bisa mengkonfirmasi informasi ini karena kami tidak bisa masuk ke rumah kembar warisan Crazy Rich Kudus.

Motif kereta api di tegel bukan hanya hiasan. Ia adalah simbol zaman: tentang modernisasi, tentang jalur-jalur perdagangan, dan tentang mimpi kolektif masyarakat Tionghoa di pesisir Jawa akan masa depan yang lebih cepat, lebih lancar, dan lebih terang.

Sebagian tegel yang dipajang memiliki motif bunga berpola simetris, menyerupai sulur dan kelopak mekar dengan warna yang mulai pudar namun tetap anggun.

Tegel-Tegel itu memiliki komposisi warna klasik: merah marun, hijau botol, abu-abu kebiruan, dan krem tua---semuanya hasil pewarnaan mineral alami zaman dahulu.

Nama "Lie Thiam Kwie" tertera di atas marmer kecil---ia adalah pendiri pabrik tegel ini, aktif sejak 1910 dan menjadi tokoh penting dalam industri manufaktur lokal di Lasem.
Tegel-tegel lain di ruangan ini menampilkan motif bunga, bintang, hingga burung---semuanya dibuat dengan teknik manual dan cetakan tua yang kini tak lagi dipakai.

Workshop Sunyi dan Papan Absen 1970-an

Suasana workshop. (Dokumentasi Pribadi)
Suasana workshop. (Dokumentasi Pribadi)

Perjalanan berlanjut ke bagian belakang: area workshop pabrik. Ruangannya sangat luas, tapi tampak sepi dan tidak terawat. Atapnya dari genteng yang sebagian tampak bocor. Tampak langit langit sehingga terlihat kerangkanya.

Menurut mas Agik pabrik ini masih beroperasi terbatas membuat paving block.

Namun siang itu sunyi. Tidak ada pekerja, tidak terdengar suara cetak-mencetak, tidak tercium bau semen atau pewarna. "Dulu di sini ramai sekali," kata Mas Agik. "Sekarang tinggal sisa-sisa saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun