Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Vila Sintra: Kota Tua, Istana dan Museum Berita

15 Mei 2025   16:57 Diperbarui: 15 Mei 2025   18:09 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air mancur : dokpri 
Air mancur : dokpri 

Dari arah kanan terdengar denting garpu dan tawa. Sebuah kafe di bawah pohon yang meranggas memanggil-manggil, kursi putihnya tersusun menghadap jalan, menawarkan rehat dan cerita. Namun saya terus berjalan, menanjak sedikit ke arah yang lebih tua dari kota ini.

Hanging kota Tua: dokpri 
Hanging kota Tua: dokpri 

Langkah kaki menurun ke sebuah pelataran batu yang terbuka lebar, dihimpit bangunan-bangunan bergaya kolonial yang tampak berdandan rapi untuk menyambut sore. Inilah jantung Vila Sintra --- Largo Rainha Dona Amlia, tempat di mana waktu seolah menunda denyutnya, hanya untuk memberi kesempatan pada pengunjung menyerap semua keajaiban yang berserakan.

Istana: dokpri 
Istana: dokpri 

Dan di sinilah ia berdiri, Palcio Nacional de Sintra --- istana yang tidak menjulang seperti Pena, namun justru mendarat dengan megahnya di tengah kota, menyatu dengan tanah dan sejarah. Dua cerobong asap raksasa menjulang dari atapnya, berbentuk kerucut putih seperti terbalikkan piala es krim raksasa. Kontras sekali dengan langit yang mulai beranjak jingga, dan ubin-ubin merah yang menghiasi atap bangunan lainnya.
Saya berdiri di tengah pelataran, membiarkan mata saya menyusuri jendela-jendela kecil berbingkai kayu, balkon batu yang tergurat usia, dan pintu masuk besar dengan penjaga museum yang bersandar santai. Di belakang saya, tugu batu pelourinho --- tiang keadilan dari masa kerajaan --- berdiri diam, menyaksikan dunia berubah dari abad ke abad, dari raja-raja hingga rombongan wisatawan dengan swafoto di tangan.

Pintu masuk ke istana: dokpri 
Pintu masuk ke istana: dokpri 

Di sisi kiri, sebuah restoran menawarkan menu makan siang dengan papan tulisan besar: "Menu 8 - Bacalhau, Sopa, Sobremesa." Aroma ikan asin yang ditumis dengan bawang dan minyak zaitun menguar dari dapur terbuka. Di sisi kanan, pasangan lanjut usia duduk tenang di bangku, berbagi sepotong pastel de nata, dengan napas pelan yang hanya dimiliki mereka yang telah lama bersama waktu.

Toko anggur: dokpri 
Toko anggur: dokpri 

Saya beranjak menuju sisi jalan yang lebih sempit, di mana gang-gang batu menuntun saya ke toko anggur kecil bertuliskan "Loja do Vinho", tepat di bawah kantor pariwisata resmi Sintra. Seorang pria paruh baya menyapa dari dalam toko, menawarkan cicipan Port tawar dan olivas asin. Tapi saya menolak dengan senyum, tak ingin waktu tergelincir begitu cepat. Hari telah bergulir ke jam setengah lima, dan saya tahu matahari tak akan lama lagi menyelinap di balik bukit.

Di samping istana: dokpri 
Di samping istana: dokpri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun