Pesawat Airbus A320 yang membawa saya dari Tashkent terbang mulus di pagi hari menuju Doha. Pada saat yang sama teman-teman seperjalanan saya sedang terbang dengan Uzbekistan Airways langsung ke Jakarta.
Begitu tiba di Bandara Internasional Hamad, saya langsung menuju stasiun metro yang ada di dalam bandara. Hari masih pagi, dan letak stasiun ini lumayan jauh juga dari terminal sekuat 10-15 menit jalan kaki mengikuti petunjuk arah. Anggap saja olahraga pagi di Qatar.
Saya sengaja memesan hotel yang letaknya dekat dengan stasiun metro. Cukup naik Red Line dari Hamad International Airport T1 ke Msheireb (5 stasiun).
Di Msheireb, pindah ke Gold Line dan turun di Souq Waqif (1 stasiun).
Keluar dari Stasiun Souq Waqif, saya hanya perlu berjalan sebentar menuju Kingsgate Hotel Doha, tempat saya menginap. Hotel ini sangat strategis karena dekat dengan pintu masuk stasiun metro, memudahkan mobilitas sepanjang hari.
Karena masih pagi, koper dititipkan di resepsionis sebelum langsung jalan -jalan di Doha. Ini adalah kunjungan ke sekian kalinya ke kota ini setelah terakhir mampir sekitar 5 tahun lalu.
Sebenarnya tidak ada tujuan pasti hari ini. Saya pergi ke mana saja sesuai kaki dan hati ingin melangkah.
Dari Stasiun Souq Waqif, saya kembali naik Gold Line ke Msheireb, lalu pindah ke Green Line menuju Al Riffa (stasiun terakhir, sekitar 25 menit).
Perjalanan ini melewati 10 stasiun, dan saya duduk di kursi yang khusus menghadap ke depan sehingga dapat menikmati pemandangan terowongan jalur metro yang kemudian berubah ketika ke jalur mulai melayang. Jadi ingat LRT Jabodebek.
Mall of Qatar masih sepi saat saya tiba karena baru buka jam 10 pagi. Setelah sebentar jalan-jalan dan menikmati suasana mal yang hening, saya kemudian menuju ke food court dan memilih makan di restoran cepat saji sambil menikmati suasana yang masih tenang.
Mall ini punya air mancur indoor dan berbagai merek internasional, tetapi saya tidak terlalu tertarik belanja---tujuan utama saya adalah mencari tempat adem untuk bersantai sebelum kembali jalan-jalan.
Sebelum ke stadion, saya sholat di mushola Stasiun Al Riffa. Mushola di stasiun metro Doha sangat bersih dan nyaman, dengan area wudhu modern. Lagi lagi suasananya memang sepi karena tidak ada orang lain.
Mengintip Stadion Ahmad Bin Ali
Sehabis makan, saya kemudian menuju ke Stadion Ahmad Bin Ali, yang terletak tidak jauh dari mall. Stadion ini adalah salah satu venue Piala Dunia FIFA 2022. Saya berjalan ke arah stadion untuk melihat arsitekturnya yang unik. Meski tidak masuk, melihat bangunan megah ini dari luar sudah cukup mengesankan.
Menjelajahi Msheireb Downtown dan Radwani House
Dari Al Riffa, saya kembali naik Green Line menuju ke Msheireb.
Msheireb Downtown adalah kawasan modern dengan bangunan futuristik. Disini ada Msheireb Tram, layanan tram gratis yang berkeliling area ini. Lumayan saya sempat mencoba naik dan berkeliling pusat kota Doha yang sepi di siang hari itu.
Saya juga mengunjungi Radwani House, museum yang menampilkan kehidupan masyarakat Qatar di masa lalu. Siang itu museum cukup sepi, sehingga saya bisa menikmati suasananya dengan tenang.
Tempat ini menarik bukan karena koleksi yang spektakuler, tetapi karena atmosfernya yang membawa saya ke suasana Doha sebelum minyak mengubah segalanya.
Setelah puas berkeliling, saya kembali ke hotel untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan sore.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan sekitar pukul 2 siang. Sudah waktunya kembali ke hotel dan cek in serta beristirahat. Lumayan dapat waktu tidur sekitar tiga jam.
Waktu sudah menjelang senja, ketika saya kembali ke Stasiun Souq Waqif, naik Gold Line ke Msheireb, lalu pindah ke Red Line menuju Katara.
Katara Cultural Village adalah pusat budaya dengan banyak galeri seni, amfiteater, dan restoran yang menghadap ke pantai. Saya berjalan santai menikmati pemandangan dan arsitektur unik di sini. Sudah banyak yang berubah dibanding kunjungan pertama sekitar 5 tahun lalu. Tetapi tepat saja menarik untuk dilihat.
Katara punya banyak acara seni dan budaya, tapi karena saya datang tanpa rencana, saya hanya menikmati tempatnya tanpa mengikuti event tertentu. Meski begitu, kawasan ini tetap menarik untuk dikunjungi, terutama bagi yang ingin melihat sisi lain Doha selain gedung-gedung modern
Sekitar pukul 8 malam, tiba waktunya untuk makan malam ada banyak pilihan, saya sempat ingin kembal ke hotel dan mencari restoran Nepal yang dulu pernah saya kunjungi. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Tempat yang pernah saya kunjungi sekitar 16 tahun lalu, saat pertama kali ke Qatar.
Dari Katara, saya naik Red Line ke Msheireb, lalu pindah ke Gold Line menuju Al Aziziyah. Tujuan berikut adalah sebuah mal yang terkenal karena interiornya menyerupai kota Venesia, dengan kanal buatan dan langit-langit yang dibuat seperti langit sungguhan. Ini adalah Villagio Mall.
Saya menikmati makan malam di sini sambil mengagumi atmosfernya. Di sini saya juga mengenang salah seorang sahabat yang dulu bersama-sama ke sini, namun sekarang sudah tiada. Berbeda dengan suasana Mall of Qatar yang relatif sepi di siang hari, suasana Villagio Mall ini sangat ramai di malam hari.
Kehidupan di Doha memang lebih marak ketika matahari sudah terbenam, mirip dengan kota-kota lain di Timur Tengah yang pernah saya kunjungi seperti Abu Dhabi, Manama, atau pun Dubai.
Ketika hari sudah cukup larut, baru saya kembali ke hotel. Hari yang cukup melelahkan ketika napak tilas kembali ke beberapa tempat yang pernah dikunjungi maupun yang belum pernah.
Dari Mall of Qatar, Stadion Ahmad Bin Ali, Msheireb Downtown, Katara, hingga Villaggio Mall. Asyiknya semua tempat itu dapat dikunjungi hanya dengan tiket metro seharga 6 riyal.
Naik metro Doha memang sangat menyenangkan karena cepat dan nyaman alias bebas macet. Selain itu frekuensinya pun cukup banyak. Kereta datang setiap beberapa menit.
Stasiun metro di Doha juga sangat luas, modern dan megah -- Lengkap dengan mushola, lift, dan eskalator. Keberadaan Mushola di setiap stasiun ini sangat memudahkan perjalanan.
Namun yang paling mengesankan adalah metro Doha memiliki deretan gerbong tanpa pengemudi sehingga penumpang bisa duduk di kursi khusus dengan sensasi seolah jadi masinis!
Namun ada yang perlu diperhatikan, sama seperti di Dubai, Metro Doha juga memiliki dua kelas yaitu Standard Class (6 QAR/hari) atau 2 Riyal sekali jalan. Ini merupakan pilihan paling ekonomis, tapi tetap nyaman.
Selain itu juga ada Gold Club (30 QAR/hari) atau 10 Riyal sekali jalan. Kelas premium ini dilengkapi dengan kursi lebih lebar dan suasana lebih eksklusif. Gerbong ini terlihat selalu sepi penumpang.
Bagi saya, kelas standar sudah lebih dari cukup karena metro ini relatif tidak terlalu penuh. Metro benar-benar cara terbaik untuk menjelajahi Doha!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI