Setelah menaiki 6 eskalator, saya muncul di ruang terbuka di atap masjid nan megah. Rooftop Masjidil Haram selalu memiliki daya tarik tersendiri, terutama saat menjelang waktu salat. Sebelum Asar, suasana di sana terasa damai dengan angin sepoi-sepoi yang sesekali bertiup, memberikan kesejukan di tengah terik matahari Makkah. Lantai marmer putih yang luas dan mengilap memantulkan cahaya, menciptakan pemandangan yang begitu megah dan bersih.
Di beberapa bagian, pagar pembatas dari plastik warna hijau dan putih dipasang untuk mengatur area salat. Sementara itu, hamparan karpet hijau dengan pola floral dan geometrik terhampar memberikan kenyamanan bagi jamaah yang duduk berzikir atau membaca Al-Qur'an sambil menunggu azan berkumandang.
Menjelang Asar, perlahan jamaah semakin banyak berdatangan. Sebagian mencari tempat di bawah bayangan menara, sementara yang lain lebih memilih duduk di area terbuka.
Sambil memperbaiki posisi syal Ventour warna kuning ungu, saya masuk ke dalam area sholat dan duduk di atas karpet hijau. Sementara itu, masih banyak jemaah yang berdiri atau berjalan mencari tempat. Di kejauhan, tampak kubah-kubah megah berwarna cokelat dengan aksen hijau dengan menara masjid yang menjulang tinggi yang menjadi latar belakang.
Cahaya matahari sore menyoroti marmer putih yang berkilau, menciptakan kontras indah dengan langit biru cerah. Terselip di antara jamaah, ada beberapa petugas yang mengenakan rompi hijau neon.
Suasana terasa tenang dan penuh kekhusyukan, dengan jamaah yang bersiap untuk melaksanakan salat dalam lingkungan yang sakral dan damai.
Begitu azan berkumandang, suasana menjadi lebih khidmat. Semua orang bersiap-siap mengambil saf, menyesuaikan diri dengan tempat duduk di atas karpet. Bagi yang terlambat ada juga yang salat di lantai marmer.
Setelah salat, suasana rooftop tetap ramai, tetapi terasa lebih tenang. Beberapa jamaah memilih untuk duduk sejenak, menikmati keindahan dan kesakralan suasana di atap masjid.