Vivian: (sambil menutup wajah dengan kedua tangan) ada sesuatu yang mau aku bilang ke kamu. Aku takut Hendrik.
Hendrik :( sambil memeluk Vivian) Kenapa , tenang saja , aku akan selalu melindungimu. Apa ini tentang hubungan kita? Apa papa mu tidak setuju?
Vivian : Bukan itu. Aku khawatir aku hamil . Aku sudah terlambat beberapa minggu.
Hendrik(kaget sambil meletakan kedua tangan di dahi): bagaimana mungkin . Tetapi baiklah , kira fikirkan baik-baik dan diusahakan solusi terbaik buat semua .
Vivian: Tapi aku takut, papaku sempat bilang bahwa kami sekeluarga akan mengungsi ke Singapura bila keadaan di Jakarta kian memburuk dalam beberapa hari ke depan. Kita sudah mempersiapkan tiket dan juga koper untuk berangkat sewaktu-waktu.
Hendrik: Tapi bagaimana dengan hubungan kita dan juga bayi yang ada dalam kandunganmu.
Vivian : (sambil setengah terisak) aku tidak tahu. Biarlah nasib dan Tuhan yang menentukan . Aku harus pulang dulu ke rumah . Besok kita ketemu lagi di kampus .
Epilog :
The Peak Hongkong : restaurant the Peak Gallery
Hendrik dan Vivian duduk menghadap sebuah meja . Dua cangkir cappucino dan beberapa kukis menemani di meja.
Vivian: (sisa sisa air mata masih terlihat di pipi)