Mohon tunggu...
T. Fany R.
T. Fany R. Mohon Tunggu... Pecinta kopi, penjelajah kata, dan hobi lari

Kopi bukan hanya minuman—ia adalah teman refleksi. Buku bukan sekadar bacaan—ia adalah jendela dunia. Dan lari bukan hanya olahraga—ia adalah ruang dialog dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pikiran (Diri Kita #01)

13 Agustus 2025   14:27 Diperbarui: 13 Agustus 2025   16:06 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pikiran (Diri Kita #01)

Pikiran: Menata IQ, Pola Pikir Sehat, dan Menerima Realita Hidup

Pikiran adalah pusat kendali hidup kita. IQ mungkin mengukur seberapa cepat kita memecahkan masalah logis, tetapi hidup tidak hanya soal logika---ada pola pikir yang sehat, kesadaran akan realitas, dan kemampuan mengenal diri sendiri. Banyak orang cerdas terjebak dalam penderitaan karena pikirannya sibuk melawan hal-hal yang tidak bisa diubah. Padahal, kuncinya adalah menerima.

IQ merupakan sifat pikiran manusia yang merujuk pada beberapa kemampuan intelektual manusia untuk berpikir, memahami pelajaran, memecahkan sebuah masalah, bernalar, membaca, dan juga berpikir secara abstrak.

Pola pikir sehat adalah cara berpikir yang positif, fleksibel, dan adaptif terhadap tantangan hidup. Ini mencakup kemampuan untuk melihat sisi positif dari setiap situasi, mengatasi emosi negatif, dan fokus pada tujuan. Pola pikir sehat juga berkaitan dengan ketahanan diri, kemampuan belajar dari pengalaman, dan menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.

Menerima realita hidup bukan berarti menyerah, tapi menyadari bahwa tidak semua peran cocok untuk kita. Jika kamu ikan, berhentilah berharap bisa terbang seperti burung. Ikan yang memaksa terbang hanya akan mati kehausan udara, tapi ikan yang menerima kodratnya bisa berenang bebas, menjelajahi lautan luas yang burung tidak akan pernah bisa rasakan.

Menerima realita hidup adalah kemampuan untuk mengakui dan menerima keadaan saat ini, baik itu menyenangkan maupun tidak. Ini adalah kunci untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia. Menerima realita bukan berarti menyerah, tetapi lebih kepada mengakui fakta dan mencari cara terbaik untuk menghadapinya.

Langkah awalnya adalah menerima diri terlebih dahulu. Menerima bahwa kita punya kekuatan dan keterbatasan. Menerima bahwa tidak semua jalan terbuka untuk kita, tapi selalu ada jalan yang tepat jika kita mau berjalan di arah yang sesuai. Ketika penerimaan ini hadir, kita tidak akan mudah terpicu (ter-trigger) oleh ucapan orang lain atau keadaan sekitar.

Menerima diri sendiri terlebih dahulu adalah langkah penting dalam pengembangan diri. Ini berarti menerima diri apa adanya, termasuk kelebihan dan kekurangan, tanpa syarat. Penerimaan diri ini akan membawa pada kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup.

Orang yang tidak mudah tersulut biasanya tidak punya waktu untuk menyalahkan eksternal. Mereka memahami bahwa hidup tidak selalu adil, tapi menyalahkan dunia tidak membuatnya lebih adil. Mereka pun berhenti menghabiskan energi untuk menyalahkan orang tua atas masa lalu. Orang tua mungkin punya andil dalam membentuk awal hidup kita, tapi kitalah yang memegang kemudi ke depannya.

Tidak gampang tertrigger dalam bahasa Indonesia berarti tidak mudah terpicu emosinya atau tidak mudah tersinggung atau tidak mudah marah oleh suatu hal. Seseorang yang tidak mudah ter-trigger biasanya memiliki stamina emosional yang baik dan mampu mengelola emosi mereka dengan lebih efektif.

Orangtua kita telah melakukan hal yang terbaik semampu mereka. Hanya saja kita seringkali tidak merasa apa yang mereka lakukan cukup meski sudah semaksimal yang mereka bisa. Mereka bukan orang sempurna sama seperti kita dan kita tidak bisa terus menyalahkan mereka akan masa lalu yang kelam atau didikan mereka yang membuat kita mengalami masalah saat dewasa. Kita pun nanti (ketika menjadi orangtua) tidak dapat menghindari hal-hal tersebut. Tak mungkin rasanya kita semua dapat menjadi orangtua sempurna. Meski upaya untuk menghindari permasalahan pada anak terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun