Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu

14 Desember 2018   16:15 Diperbarui: 15 Desember 2018   08:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  "Kamu telah ciptakan wanita demi lahirnya kehidupan lewat keringat, perih, dan darahnya. Kehidupan yang tanpa peduli kelak akan tumbuh mengingatmu atau melupakanmu. Namun, selalu kau sematkan rindu disetiap nafas untuk mencarimu. Hingga terbias, oleh rasa setiap ruh pada sosok wanita itu."

Ibu, adalah suatu wujud kasih sayang Sang Pencipta kepada kita. Yang hidup di tepi nestapa dan dosa demi tumbuhnya titipan illahi. Menembus batas aturan hanya karena ketakutan akan sesuatu yang belum terjadi. Menggadaikan wujudnya, demi sebuah senyuman sang buah hati. Menyiksa batin, demi kenyamanan anak yang dicintainya.

Ibu, yang selalu menahan amarah kepada anakmu yang sukar dinasihati. Yang selalu gelisah ketika anakmu tak berada dirumah. Yang selalu cemas karena anakmu takkunjung pulang.

Ibu, aku tahu kamu selalu ingin menceritakan banyak hal tentang kehidupanmu. Tapi aku selalu menyela bahkan tidak ada waktu untuk sebentar mendengarkan. Yang selalu kau sembunyikan raut kesedihanmu dibalik nasihatmu yang bahkan kuacuhkan.

Bahkan ketika kamu sakit, selalu kau tahan rasa sakit itu demi sesuap nasi. Masih sempat engkau buatkan minuman hangat untuk anakmu disela letihmu. Kau sandarkan ragamu apa adanya tanpa mengenal tapak waktu.

Setelah engkau pulang, aku terus memikirkanmu. Tentang batas aturan yang selalu kaulanggar. Walau aku memandang itu sebagai bentuk cinta dan tanggung jawabmu kepada illahi. Demi menjaga kehidupan yang dititipkan, lantas engkau selalu menomorduakan tentang segala kesenanganmu demi anakmu.

 Aku mulai memahami sedikit tentang pengorbananmu, tentang cinta yang tak pernah bisa terucap. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih, serta memohon agar engkau bisa bahagia disana sembari menungguku pulang. Walau aku mesti sakit atau lebih sakit merasakan hidup demi menggugurkan dosamu yang belum terurai.

Kalaupun itu tidak bisa, aku akan ngeyel kepada Tuhan karena engkau telah membesarkanku dengan sangat baik. Aku akan merengek meminta diriku yang disiksa asal kamu bahagia. Itu tak pathken. Ini adalah syukurku kepadaMu telah memberikan kehidupan yang seperti ini.

9 Jnuari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun