Selain memiliki alam yang indah, di kota Lahat dan Pagar Alam juga memiliki tradisi yang unik yang disebut "Pantauan", yaitu ajakan atau undangan kepada sanak saudara ataupun tamu untuk berkumpul dan makan-makan di rumah yang memiliki tujuan untuk mempererat silaturahmi dan persaudaraan.
Awalnya saya heran, mengapa di ruang utama rumah Abang terdapat sebuah meja yang taplaknya dihias seperti meja prasmanan di acara hajatan. Di beberapa rumah saudara Abang yang kami kunjungi pun tersedia meja yang sama. Ternyata meja tersebut digunakan untuk menyimpan sajian makanan pada saat acara pantauan.
Untuk acara pantauan saat ada keluarga yang meninggal, kata Abang sekarang sudah diganti. Bila di dusun ada yang meninggal maka setiap kepala keluarga akan diminta iuran berupa uang sebesar Rp10.000,00, beras 1 kg dan kayu bakar sebanyak 5 buah. Iuran tersebut akan dikumpulkan oleh Kepala Dusun, dan akan diberikan kepada keluarga yang meninggal tersebut.
Kehangatan Menyambut Tamu yang Datang dari Jauh
Pada artikel sebelumnya, saya menuliskan tentang pengalaman saat mengunjungi Gunung Dempo dan kawasan Dempo Magnet. Sebelum pergi ke sana, kami diajak oleh Abang untuk berkunjung ke rumah saudaranya yang tinggal di Pagar Alam. Abang sudah memberi kabar kepada mereka bahwa kami akan datang ke sana.
Sebelum berangkat ke Lahat, suami menanyakan kepada Teteh berapa jumlah saudara yang akan dikunjungi. Sehingga saat berkunjung ke rumah saudaranya Abang, kami datang dengan membawa oleh-oleh dari Sukabumi.
Kunjungan pertama yaitu ke rumah kakaknya Abang, yang biasa dipanggil dengan sebutan Kakak dan Ayu. Kami sudah kenal dengan keluarga ini, karena dulunya tinggal dan bekerja di Ciajur. Mereka pindah ke kampung halaman setelah pensiun.
Kami makan cukup banyak, karena ada ikan gurame goreng yang disajikan dengan lalapan, sambal dan kerupuk Palembang. Sedangkan ananda tidak doyan ikan, sehingga makan sayur pindang iga sapi.
Setelah makan, kami mengobrol kembali sebentar kemudian pamitan. Selanjutnya kami diajak mengunjungi rumah keponakan Abang yang perempuan. Kami belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi mereka menyambut kami dengan hangat.
Ketika datang, kami disuguhi dengan pempek yang masih panas. Kami pun langsung menyerbu pempek tersebut yang dimakan bersama dengan cukanya. Tak lama tuan rumah menyajikan makanan berat, kami pun bengong karena masih kenyang. Tetapi kami tetap memakan nasi dan lauk pauknya walaupun sedikit untuk menghargai tuan rumah.
Pada saat mengobrol, Abang mengundang mereka untuk datang ke rumahnya besok malam karena akan mengadakan acara pantauan. Kemudian kami pun pamitan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Gunung Dempo.
Sepulang dari Gunung Dempo, kami berkunjung ke rumah keponakan abang yang laki-laki. Selain menjamu kami dengan kue-kue, tuan rumah juga membuatkan minuman kopi untuk yang laki-laki serta teh manis hangat untuk yang perempuan. Daerah Pagar Alam ini terkenal sebagai penghasil kopi dan teh.
Dari semua rumah yang kami kunjungi, selain ada kue kering yang tersedia di meja pasti selalu ada kue lapis legit yang merupakan ciri khas dari daerah ini. Kue lapis di sini agak basah, tetapi rasanya enak dan ada yang dibuat sendiri.
Keponakan abang dulunya kuliah di Bandung, dan sering mampir ke di Cianjur. Suami juga sering bertemu dengannya sehingga bisa mengobrol dengan akrab. Sedangkan dengan istri dan anak-anaknya, suami juga baru bertemu kali ini.
Abang juga mengundang mereka untuk datang ke acara pantauan yang akan dilaksanakan pada malam minggu besok. Hanya sebentar di rumah ini, kami pun segera pamitan.Â
Kami pulang dengan perut kenyang dan kami merasakan kehangatan di setiap rumah yang dikunjungi karena mereka menyambut tamu yang datang dari jauh dengan ramah.
Acara Pantauan di Rumah Kakak Ipar
Pagi-pagi Teteh belanja ke pasar ditemani oleh supir dan ananda, sedangkan saya dan suami menyiapkan sarapan di dapur. Kemudian datang 2 orang laki-laki, yang disuruh oleh Abang untuk mengambil ikan di kolam belakang dan membantu masak. Suami membuat kopi serta menyuguhkan pisang goreng dan kue-kue kepada mereka.
Selesai minum kopi, keduanya menguras kolam. Ikan yang didapat lumayan banyak, terdiri dari ikan mas dan ikan nila yang nantinya akan dipepes.
Pukul 10.00 kami mendapat undangan pantauan dari bibinya Abang, kami pun berangkat ke sana bersama dengan Abang tetapi Teteh tidak ikut.
Siang itu Abang keliling kampung, mengundang saudara-saudara dekat untuk hadir dalam acara pantauan di rumah. Ayu dan keponakan Abang beserta keluarganya yang kemarin kami kunjungi juga datang, suasana rumah pun bertambah ramai.
Sebelum magrib, saya membantu menyiapkan piring dan sendok di meja. Istrinya keponakan Abang dan keponakan yang perempuan menata meja dan memasukan hidangan yang akan disajikan.
Pada saat magrib, suami dan ananda ikut salat berjamaah di masjid. Di rumah juga diadakan salat berjamaah yang menjadi imamnya adalah keponakannya Abang.
Bubar dari masjid, bapak-bapak yang yang diundang mulai berdatangan ke rumah. Sebelumnya ada sambutan yang diwakili oleh paman Abang tentang tujuan mengadakan acara pantauan di rumah ini yaitu untuk mendoakan Teteh supaya tangannya yang masih sakit agar segera sembuh dan mendoakan kami yang mau pulang ke Sukabumi.
Selesai makan, para tamu langsung pulang karena setelah Isya ada undangan lagi di tempat lain di dusun ini. Sedangkan yang saudara dekat masih mengobrol.
Teteh dan istrinya keponakan Abang sedang memasukan makanan yang masih tersisa banyak ke dalam plastik, untuk diberikan kepada suadara yang telah membantu masak. Â
Pukul 20.30 keponakan Abang dan keluarganya pamitan untuk pulang ke Pagar Alam, Ayu juga ikut bersama mereka. Di rumah masih ada saudara-saudara yang rumahnya dekat, kami pun ikut mengobrol. Mereka menyayangkan kami karena hanya sebentar berada di sini.
Pukul 21.00 mereka baru pulang, kami membantu membereskan karpet dan kursi yang tadi dipindahkan ke ruangan belakang. Saat ke dapur, piring dan bekas masak sudah dicuci semua, hanya tinggal membereskan saja besok pagi apabila sudah kering.
Wasana Kata
Walaupun hanya 3 malam berada di Lahat, tetapi kami merasa betah karena disambut dengan hangat oleh kakak ipar dan saudara-saudaranya. Kami pun bisa merasakan dan menikmati tradisi pantauan saat berkunjung ataupun diundang ke rumah saudaranya Abang. Â Â
Kakak ipar juga mengadakan acara pantauan dengan mengundang saudara dan tetangga dekat untuk mengenalkan kami kepada mereka dan mendoakan agar kami selamat di perjalanan saat pulang.
Kami merasakan kentalnya rasa kekeluargaan dan gotong royong di daerah ini. Tradisi pantauan yang ada di Kota Lahat merupakan kearifan lokal yang  bisa mempererat shilaturahmi, persaudaran dan solidaritas antar keluarga. Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu.
#Tulisan ke-64 di tahun 2025
Cibadak, 16 April 2025 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI