Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tradisi Pantauan di Kota Lahat dan Kehangatan Menyambut Tamu yang Datang dari Jauh

16 April 2025   17:34 Diperbarui: 18 April 2025   15:11 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto dengan keluarga besar kakak ipar saat mengadakan acara Pantauan. (Dokumentasi Pribadi)

Selain memiliki alam yang indah, di kota Lahat dan Pagar Alam juga memiliki tradisi yang unik yang disebut "Pantauan", yaitu ajakan atau undangan kepada sanak saudara ataupun tamu untuk berkumpul dan makan-makan di rumah yang memiliki tujuan untuk mempererat silaturahmi dan persaudaraan.

Awalnya saya heran, mengapa di ruang utama rumah Abang terdapat sebuah meja yang taplaknya dihias seperti meja prasmanan di acara hajatan. Di beberapa rumah saudara Abang yang kami kunjungi pun tersedia meja yang sama. Ternyata meja tersebut digunakan untuk menyimpan sajian makanan pada saat acara pantauan.

Meja di ruang utama yang digunakan untuk menyajikan makanan saat acara Pantauan. (Dokumentasi Pribadi)
Meja di ruang utama yang digunakan untuk menyajikan makanan saat acara Pantauan. (Dokumentasi Pribadi)
Tradisi pantauan dilaksanakan saat ada acara perkawinan, kematian, Idul Fitri, kedatangan tamu atau saudara yang sudah lama merantau ataupun peristiwa lainnya.

Baca juga: Pulang Kampung

Untuk acara pantauan saat ada keluarga yang meninggal, kata Abang sekarang sudah diganti. Bila di dusun ada yang meninggal maka setiap kepala keluarga akan diminta iuran berupa uang sebesar Rp10.000,00, beras 1 kg dan kayu bakar sebanyak 5 buah. Iuran tersebut akan dikumpulkan oleh Kepala Dusun, dan akan diberikan kepada keluarga yang meninggal tersebut.

Kehangatan Menyambut Tamu yang Datang dari Jauh

Pada artikel sebelumnya, saya menuliskan tentang pengalaman saat mengunjungi Gunung Dempo dan kawasan Dempo Magnet. Sebelum pergi ke sana, kami diajak oleh Abang untuk berkunjung ke rumah saudaranya yang tinggal di Pagar Alam. Abang sudah memberi kabar kepada mereka bahwa kami akan datang ke sana.

Sebelum berangkat ke Lahat, suami menanyakan kepada Teteh berapa jumlah saudara yang akan dikunjungi. Sehingga saat berkunjung ke rumah saudaranya Abang, kami datang dengan membawa oleh-oleh dari Sukabumi.

Kunjungan pertama yaitu ke rumah kakaknya Abang, yang biasa dipanggil dengan sebutan Kakak dan Ayu. Kami sudah kenal dengan keluarga ini, karena dulunya tinggal dan bekerja di Ciajur. Mereka pindah ke kampung halaman setelah pensiun.

Berfoto saat berkunjung ke rumah kakaknya Abang di Pagar Alam. (Dokumentasi Pribadi)
Berfoto saat berkunjung ke rumah kakaknya Abang di Pagar Alam. (Dokumentasi Pribadi)
Saat bertemu dengan keluarga kakak, kami tidak sungkan lagi sehingga bisa ngobrol dengan suasana yang hangat dan akrab. Selain disuguhi dengan kue, kami juga dijamu makan siang.

Kami makan cukup banyak, karena ada ikan gurame goreng yang disajikan dengan lalapan, sambal dan kerupuk Palembang. Sedangkan ananda tidak doyan ikan, sehingga makan sayur pindang iga sapi.

Setelah makan, kami mengobrol kembali sebentar kemudian pamitan. Selanjutnya kami diajak mengunjungi rumah keponakan Abang yang perempuan. Kami belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi mereka menyambut kami dengan hangat.

Ketika datang, kami disuguhi dengan pempek yang masih panas. Kami pun langsung menyerbu pempek tersebut yang dimakan bersama dengan cukanya. Tak lama tuan rumah menyajikan makanan berat, kami pun bengong karena masih kenyang. Tetapi kami tetap memakan nasi dan lauk pauknya walaupun sedikit untuk menghargai tuan rumah.

Pada saat mengobrol, Abang mengundang mereka untuk datang ke rumahnya besok malam karena akan mengadakan acara pantauan. Kemudian kami pun pamitan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Gunung Dempo.

Sepulang dari Gunung Dempo, kami berkunjung ke rumah keponakan abang yang laki-laki. Selain menjamu kami dengan kue-kue, tuan rumah juga membuatkan minuman kopi untuk yang laki-laki serta teh manis hangat untuk yang perempuan. Daerah Pagar Alam ini terkenal sebagai penghasil kopi dan teh.

Dari semua rumah yang kami kunjungi, selain ada kue kering yang tersedia di meja pasti selalu ada kue lapis legit yang merupakan ciri khas dari daerah ini. Kue lapis di sini agak basah, tetapi rasanya enak dan ada yang dibuat sendiri.

Keponakan abang dulunya kuliah di Bandung, dan sering mampir ke di Cianjur. Suami juga sering bertemu dengannya sehingga bisa mengobrol dengan akrab. Sedangkan dengan istri dan anak-anaknya, suami juga baru bertemu kali ini.

Abang juga mengundang mereka untuk datang ke acara pantauan yang akan dilaksanakan pada malam minggu besok. Hanya sebentar di rumah ini, kami pun segera pamitan. 

Kami pulang dengan perut kenyang dan kami merasakan kehangatan di setiap rumah yang dikunjungi karena mereka menyambut tamu yang datang dari jauh dengan ramah.

Acara Pantauan di Rumah Kakak Ipar

Pagi-pagi Teteh belanja ke pasar ditemani oleh supir dan ananda, sedangkan saya dan suami menyiapkan sarapan di dapur. Kemudian datang 2 orang laki-laki, yang disuruh oleh Abang untuk mengambil ikan di kolam belakang dan membantu masak. Suami membuat kopi serta menyuguhkan pisang goreng dan kue-kue kepada mereka.

Selesai minum kopi, keduanya menguras kolam. Ikan yang didapat lumayan banyak, terdiri dari ikan mas dan ikan nila yang nantinya akan dipepes.

Ikan mas dan ikan nila yang diambil dari kolam. (Dokumentasi Pribadi)
Ikan mas dan ikan nila yang diambil dari kolam. (Dokumentasi Pribadi)
Teteh pulang dari pasar membeli beberapa ekor ayam, sayuran dan bumbu-bumbu yang diperlukan. Ayam tersebut dipotong dan dibersihkan oleh dua orang tadi, suami ikut membantu. Memasak makanan dilakukan di samping rumah, menggunakan tungku dan kayu bakar.  

Suami sedang membantu membersihkan ayam di samping rumah. (Dokumentasi Pribadi)
Suami sedang membantu membersihkan ayam di samping rumah. (Dokumentasi Pribadi)
Tradisi di sini bila ada acara hajatan ataupun pantauan, saudara-saudara dan tetangga terdekat akan datang untuk membantu. Untuk yang perempuan saat pagi baru datang dua orang, saya pun ikut membantu di dapur.

Saya dan saudaranya kakak ipar sedang menyiapkan bumbu di dapur. (Dokumentasi Pribadi)
Saya dan saudaranya kakak ipar sedang menyiapkan bumbu di dapur. (Dokumentasi Pribadi)
Semakin siang yang datang lebih banyak, suasana pun tambah ramai. Mereka bekerja sambil mengobrol menggunakan bahasa daerah sana. Selain nasi, menu yang dimasak yaitu opor ayam, sop, pepes ikan, bihun, kentang goreng, dan sayur buncis yang dicampur dengan tempe.

Pukul 10.00 kami mendapat undangan pantauan dari bibinya Abang, kami pun berangkat ke sana bersama dengan Abang tetapi Teteh tidak ikut.

Sajian makanan di rumah Bibi. (Dokumentasi Pribadi)
Sajian makanan di rumah Bibi. (Dokumentasi Pribadi)
Rumah bibi berbentuk panggung, di bagian depan rumah sangat asri karena banyak tanaman hias. Kami disuguhi pempek dan juga makan siang. Sebelum pulang, kami foto bersama di tangga depan rumah.

Berfoto di rumah Bibi sebelum pulang. (Dokumentasi Pribadi)
Berfoto di rumah Bibi sebelum pulang. (Dokumentasi Pribadi)
Selesai makan kami pulang, paman dan bibi nanti siang akan datang juga ke rumah Abang. Saat sampai di rumah, Teteh dan yang membantu kerja sedang makan siang. Kami pun ditawari untuk makan, tetapi menolak karena masih kenyang.

Siang itu Abang keliling kampung, mengundang saudara-saudara dekat untuk hadir dalam acara pantauan di rumah. Ayu dan keponakan Abang beserta keluarganya yang kemarin kami kunjungi juga datang, suasana rumah pun bertambah ramai.

Sebelum magrib, saya membantu menyiapkan piring dan sendok di meja. Istrinya keponakan Abang dan keponakan yang perempuan menata meja dan memasukan hidangan yang akan disajikan.

Pada saat magrib, suami dan ananda ikut salat berjamaah di masjid. Di rumah juga diadakan salat berjamaah yang menjadi imamnya adalah keponakannya Abang.

Bubar dari masjid, bapak-bapak yang yang diundang mulai berdatangan ke rumah. Sebelumnya ada sambutan yang diwakili oleh paman Abang tentang tujuan mengadakan acara pantauan di rumah ini yaitu untuk mendoakan Teteh supaya tangannya yang masih sakit agar segera sembuh dan mendoakan kami yang mau pulang ke Sukabumi.

Perwakilan keluarga sedang memberikan sambutan. (Dokumentasi Pribadi)
Perwakilan keluarga sedang memberikan sambutan. (Dokumentasi Pribadi)
Dilanjutkan dengan acara doa yang dipimpin oleh pamannya abang yang satu lagi, yang merupakan sesepuh di dusun ini. Setelah berdoa, langsung makan bersama dengan cara prasmanan.

Selesai makan, para tamu langsung pulang karena setelah Isya ada undangan lagi di tempat lain di dusun ini. Sedangkan yang saudara dekat masih mengobrol.

Teteh dan istrinya keponakan Abang sedang memasukan makanan yang masih tersisa banyak ke dalam plastik, untuk diberikan kepada suadara yang telah membantu masak.  

Pukul 20.30 keponakan Abang dan keluarganya pamitan untuk pulang ke Pagar Alam, Ayu juga ikut bersama mereka. Di rumah masih ada saudara-saudara yang rumahnya dekat, kami pun ikut mengobrol. Mereka menyayangkan kami karena hanya sebentar berada di sini.

Pukul 21.00 mereka baru pulang, kami membantu membereskan karpet dan kursi yang tadi dipindahkan ke ruangan belakang. Saat ke dapur, piring dan bekas masak sudah dicuci semua, hanya tinggal membereskan saja besok pagi apabila sudah kering.

Wasana Kata

Walaupun hanya 3 malam berada di Lahat, tetapi kami merasa betah karena disambut dengan hangat oleh kakak ipar dan saudara-saudaranya. Kami pun bisa merasakan dan menikmati tradisi pantauan saat berkunjung ataupun diundang ke rumah saudaranya Abang.   

Kakak ipar juga mengadakan acara pantauan dengan mengundang saudara dan tetangga dekat untuk mengenalkan kami kepada mereka dan mendoakan agar kami selamat di perjalanan saat pulang.

Kami merasakan kentalnya rasa kekeluargaan dan gotong royong di daerah ini. Tradisi pantauan yang ada di Kota Lahat merupakan kearifan lokal yang  bisa mempererat shilaturahmi, persaudaran dan solidaritas antar keluarga. Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu.

#Tulisan ke-64 di tahun 2025

Cibadak, 16 April 2025                                        

Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun