Mohon tunggu...
Tatan Tawami
Tatan Tawami Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

Belajar menulis untuk mengekspresikan ide dan membahasakan citra mental

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segitiga Kania

8 September 2022   09:45 Diperbarui: 8 September 2022   09:56 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

TIGA 

Di Ibu Kota, Kania kerap disibukkan dengan berbagai agenda penjuru bahasaan dari banyak NGO (Organisasi Non-Pemerintah) yang berbasis di luar negeri. Akhir pekan pun tak pernah seperti akhir pekan baginya. Relasinya luas, pikirannya terbuka dan lebih bersumber daya.

Dulu saja Jaka begitu terpesona dengan ketajaman pikirannya yang mengalahkan kecantikannya. Jaka tidak menyangka akan bertemu dengan wanita seperti ini, wanita yang sejenak membuatnya lupa akan janji menjaga Dyah, teman masa kecilnya.

Sebagai seorang Juru Bahasa muda, kemampuan Kania sudah sangat mumpuni dan diakui oleh banyak NGO. Hal ini tentunya menjadi sebuah daya tarik bagi banyak lelaki, namun tak satu pun mampu memalingkan Kania dari fokus pekerjaannya. 

Setidaknya, menggeser kenangan Kania akan Jaka yang menurutnya adalah lelaki santun yang cerdas dan pekerja keras. Nyatanya, niat awal yang dia yakinkan ketika diantar Jaka ke Stasiun tak mampu dia pertahankan, runtuh oleh banyaknya kebaikan Jaka padanya semasa kuliah. 

Hal itulah yang membuat Kania menjaga hatinya untuk Jaka sekeras dia bekerja di setiap harinya. Baginya, Jaka adalah lelaki sebenar-benarnya, sikapnya santun, tutur bahasanya rapi yang dengan jelas memperlihatkan sistematika berpikirnya yang runut, jika tak mau disebut pintar.

Jaka adalah pemuda yang menjaga dirinya dengan baik, pergaulannya luas namun tak pernah tergerus dalam pergaulan yang merusak dirinya, apalagi merusak orang lain. Mungkin itu adalah bentuk iman yang ada dalam dirinya.

Dia memang tidak putih, namun dia sangat pandai menjaga kebersihan dirinya sehingga selalu terlihat sehat dan berseka. Kulitnya sawo matang, bahunya lebar. Bagi Kania, Jaka adalah lelaki sempurna karena semua potensi kesuamian ada pada dirinya. "Tak apa kamu berpacaran dengan siapa saja karena aku yakin kamu bisa menjaga dirimu dan pacarmu. Tapi biarlah aku yang kelak menjadi istrimu" gumamnya penuh keyakinan.

Penghujung hari bagi Kania adalah momen untuk sekedar mengenang semua kebaikan Jaka di masa kuliahnya. Namun, satu yang paling dikenangnya di luar kebaikan Jaka adalah ketika Jaka membacakan puisi karyanya di depan kelas sebagai apresiasi kelas sastra. 

Matanya seolah selalu menatap Kania yang menyimak dengan seksama. Kelas itu seolah hanya mereka berdua. Dia lantas membuka lipatan kertas yang berisi puisi itu dari dompetnya, tulisan tangan Jaka yang dia ambil tanpa sepengetahuan Jaka dari binder-nya. 

Dia ingat betapa semrawutnya muka Jaka mencari puisi ini waktu itu, mungkin karena belum dia simpan dalam laptopnya sehingga kemungkinan besar dia akan lupa dan tidak akan bisa membuat yang serupa. Kertasnya sudah mulai aus berwarna kuning menambah nilai sentimental puisi ini bagi Kania. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun