"Kekasih, baru saja aku titip setumpuk rindu lewat Tuhanmu, sampaikah ia padamu? Selamat pagi, Kania. Sampai bertemu kapan-kapan" Gumamnya sebelum melanjutkan tidurnya.
Seumpama drama, kisah mereka adalah trauma dalam berbagai babak. Akan selalu ada korban dari kebersatuannnya. Kesatuan hati mereka tak bisa selamanya bersama. Akhirnya, mungkin mereka harus mengorbankan mimpi-mimpinya dan menjadi orang yang saling menjaga dan mendoakan dalam keterpisahan. Ketakutan Jaka mulai menjadi nyata.
Selepas mandi dan merapikan diri, Jaka tak lantas sarapan karena merasa tidak begitu lapar. Padahal buat dia, sarapan pagi adalah hal penting untuk memulai hari. Filosofi makan bagi dia adalah "bukan pikiran yang butuh asupan makanan, tapi tubuh yang menopang pikiran, serumit apa pun pikiranmu, makan lah untuk tubuhmu".Â
Namun kali ini, filosofi itu seperti berpaling bagi dirinya sendiri. Dia lantas memacu mobilnya ke rumah Dyah untuk bersama-sama berangkat kerja. Sebuah rutinitas yang dia jalani setiap harinya meski jarak kantor mereka lumayan berjauhan, tapi bagi Jaka ini adalah bentuk tanggung jawab yang sebaiknya dilakukannya.
Dia berpikir Dyah akan sangat jauh lebih aman jika Jaka selalu bisa mengantarnya, dan Dyah sangat bahagia dengan sikap konsisten Jaka yang selalu siaga mengantarnya ke mana pun.
"Assalamualaikum, kang" sapa Dyah penuh senyum sambil membuka pintu mobil, duduk lantas mencium tangan Jaka.
"Waalaikumsalam, neng" jawab Jaka dengan senyum tulus.
"Sarapan apa tadi di rumah, kang?" Tanya Dyah sambil merapikan duduknya di jok depan. Sebuah pertanyaan template yang buat Jaka adalah sesungguhnya dua pertanyaan. Sudah sarapan atau belum, lalu apa sarapannya?. Jaka agak sedikit gelagapan karena jawaban yang biasa meluncur adalah jenis-jenis makanan yang dikonsumsinya di pagi hari sebelum berangkat kerja.Â
Tapi sekarang, dia mau bilang apa karena memang tidak sarapan. Maklum saja, perihal makanan Dyah agak cerewet, yang sebetulnya menandakan bentuk perhatian dan kepedulian yang tinggi. Calon istri idaman memang.
"Akang bangun kesiangan soalnya sehabis subuh tidur lagi" Jawab Jaka beralasan.
"Ih,.. tahu gitu Neng siapin buat makan di mobil. Ya udah atuh, bekel neng aja dimakan ya. Neng suapin. Nanti makan siang hari ini mah neng beli aja" Paksanya agak sedikit manja sambil membuka bekal makan siang yang kini akan disuapkannya pada Jaka.Â