Mohon tunggu...
Tatan Tawami
Tatan Tawami Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

Belajar menulis untuk mengekspresikan ide dan membahasakan citra mental

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segitiga Kania

8 September 2022   09:45 Diperbarui: 8 September 2022   09:56 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dibalik perhatian dan kepedulian Dyah, Jaka agak sedikit merasa bersalah karena anomali ritual sarapan kali ini telah membuat Dyah akan kesulitan cari makan siang, bahkan mungkin menunda makan siangnya karena warung terdekat dari kantornya berjarak dua kilometer. Kantornya merupakan Ruko baru yang baru dihuni beberapa orang saja. Menolak pun tak bisa karena hanya akan membuat argumentasi yang berpanjang lebar.

"Makasih, neng. Emang neng terbaik" Jawabnya memuji sambil menyembunyikan kekesalannya kenapa tidak berbohong saja bahwa dia sudah sarapan. Perjalanan berlanjut hingga Jaka pun akhirnya sampai di kantornya.

Tanpa merasakan lapar, Jaka pun kali ini melewatkan makan siangnya dan hanya membuat teh manis saja untuk menemaninya kerja setelah salat Zuhur di musholla kantornya. Jaka kemudian menuju ruang kerjanya. Meneruskan pekerjaannya, namun entah mengapa enggan tiba-tiba menyeruak. Lama berdiam diri dan melamun di depan komputernya, entah memikirkan apa.

Tidak biasanya dia terganggu dengan perasaan seperti ini. Mencoba mengusir keadaan ini, Jaka membuka file baru, lalu kemudian menuliskan kegelisahan hatinya ini hingga tak terasa jam menunjukkan pukul 16.30 dan dia tidak melakukan pekerjaan apa-apa selain menulis kisah pribadinya saja. Tenggat waktu editing untuk novel penulis ternama belum diselesaikannya. Waktu yang terbuang sia-sia.

Tulisan itu hanyalah tulisan semata yang tak mungkin dia sampaikan pada Kania, namun setidaknya ini menjadi catatan pengingat tentang hal-hal yang tak tersampaikan dalam hatinya. Tanpa terasa, Besok naskah yang telah diedit ini harus sudah dikirim sebelum jam makan siang, masih 150 halaman. 

Terpaksa, dia harus lembur hari ini entah sampai jam berapa. Ini berarti dia tidak akan bisa menjemput Dyah yang pulang jam 5 dari kantornya. Terbayang repotnya gadis itu harus naik angkutan umum yang bisa sampai tiga kali ganti angkutan. 

Lagi-lagi, disorientasinya merusak rutinitas harian lainnya. "Satu anomali bisa mengubah hari dan mungkin merugikan orang lain" gumamnya penuh sesal yang tak berguna saat ini. Selepas salat Ashar, dia lantas mengambil teleponnya lalu menghubungi Dyah.

"Assalamualaikum, Neng, repot ga kalo neng pulang sendiri hari ini?" Jaka tahu persis bahwa Dyah tidak suka regularisasi hariannya dengan Jaka terganggu.

"Kenapa gitu, kang? Ada deadline?" Suaranya halus penuh perhatian. "Naskah yang kemaren belum beres, ya?" Tanya Dyah.

"Iya." Jawab Jaka pendek.

"Ya udah, akang rencana nyampe ke rumah jam berapa? Gapapa neng pulang naik taksi aja nanti, tapi mau nunggu akang di rumah akang aja, mau masakin buat makan malem akang sekaligus si mamah minta dibantuin buat cilok goreng kesukaan akang" Jawab Dyah berpanjang lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun