Mohon tunggu...
Tasha Salsabillah
Tasha Salsabillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia

Penikmat drama korea genre misteri dan komedi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Muda

29 Desember 2022   17:50 Diperbarui: 29 Desember 2022   17:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak Muda

Dari luar sudah terlihat sangat ramai. Tukang parkir yang berlomba-lomba menarik perhatian para pengunjung agar parkir di tempatnya. Ada juga ibu-ibu maupun bapak-bapak yang menawarkan jualannya kepada para pengunjung dengan teriakan khasnya. Hiruk-pikuk yang telah lama tak kujampai.

Keramaian di luar hanyalah pembuka. Di dalam area wisata tersebut, bangunan lama yang khas, aromanya yang khas, dan keasriannya membuat mata ini tak berhenti melihat sekeliling. Bukan hanya areanya saja yang membuatku bungkam. Para pengunjung dengan berbagai usia pun membuatku ingin berlama-lama mengamati. Benar-benar liburan telah datang, batinku. Perpaduan makhluk hidup di wisata ini benar-benar luar biasa. Para pengunjung dengan tujuan masing-masing datang dengan bahagianya.

Jikalau tak teringat umur dan mengesampingkan bawaanku yang terkesan ribet, mungkin sifat kekanak-kanakkanku akan menuntunku untuk berlarian dari satu tempat binatang ke binatang yang lain tanpa memperhatikan sekitar. Ya, mungkin belasan tahun aku tak berkunjung ke kebun binatang. Surganya para anak-anak yang ingin tahu perihal binatang dan tempat wisata paling diminati ketika liburan.

Kunjunganku ke sini sekadar melepas bosan, namun aku juga mendapat beberapa pelajaran dari kunjangan ini. Jerapah, binatang yang mengingatkanku akan salah satu mantan anggota running man, yaitu Kwang-soo. Ternyata ya benar tinggi adanya. Kebosananku membawaku ke kebun binatang maka selain melihat, mengetahui, dan mengamati, aku juga mencari rombongan yang sedang mencari seseorang untuk dimintai foto.  Kuperhatikan dari jauh....

"Permisi, mbaknya lagi butuh bantuan untuk memotret?" tanyaku.

"Eh, iya, mbak. Mbaknya bisa?" ucapnya kaget.

"Bisa sekali, mbak." ucapku mantap dengan senyum di balik masker.

"Ini ya, mbak." ucap mbaknya sembari memberikan gawainya kepadaku.

Keluarga kecil yang kufoto tersebut memakai pakaian dengan warna yang senada. Sangat indah untuk dipandang. Meskipun adik laki-laki anak dari mbaknya nggak tersenyum dan senyum yang digambarkan di wajah mbaknya membuat foto yang kuambil tadi mewakili kata bahagia. Ah, melihat kebahagiaan orang lain ternyata juga bisa membuat diri sendiri ikut bahagia. Ya, bahagianya nular.

Lalu, aku beralih ke lorong lain sekalian mencari tempat agar aku bisa duduk. Sekarang aku duduk sembari memperhatikan sekitar. Mungkin aku juga termasuk yang diamati karena outfitku tidak sesuai dengan tempatku berada dan aku sendirian. Outfitku adalah outfit resmi berkedok nyaman. Dengan atasan kemeja, bawahan kulot, dan hijab segiempat, serta sepatu sport. Sangat menegaskan anak kuliahan dan beban orang tua.

Di umur yang bisa dikatakan tidak lagi remaja, namun juga belum dewasa ini, membuatku memandang sesuatu berbeda saat ketika masih di bangku sekolah menengah ke atas. Pengunjung kebun binatang dari berbagai usia. Ketika kumelihat keluarga kecil, yang sekiranya anaknya direntang umur 1, 2, 3 tahun. Kuberpikir mungkin usia orang tuanya tak terpaut jauh dariku atau bisa jadi usianya sama denganku. Dari situ aku kembali memikirkan bahwa umur bukanlah sebuah patokan seseorang sudah dewasa atau belum karena setiap orang memiliki masanya masing-masing.

Aku dibuat gemas dengan anak SMA yang masih berseragam datang ke kebun binatang dan mereka double date. Emang ya, masa-masa SMA itu masa seru-serunya. Aku tersenyum di balik maskerku. Rasanya pengen kembali ke masa itu. Dengan masih memakai seragam sekolah tapi udah sampai di suatu tempat wisata.

Aku masih memperhatikan sekitar dengan sesekali bermain gawai. Tiba-tiba...

"Permisi, mbak. Ibu sedang butuh bantuan untuk memotret kami (dengan menunjuk rombongan keluarganya). Apakah mbaknya bisa?" tanya seorang ibu bersama para menantu dan cucunya kepadaku.

"Eh, iya, bu. Bisa. Sangat bisa." ucapku bersemangat.

Kali ini personil dalam potretku lebih banyak dari sebelumnya. Seperti halnya sebuah foto, satu atau dua orang pasti tanpa ekspresi. Ada juga yang sangat bersemangat. Potret keluarga ini sempurna. Cantik-cantik dan ganteng-ganteng masyaa allah, batinku. Ada yang berbeda dari permintaan tolong untuk memotret kali ini. Selesai aku memotret mereka, salah satu anak atau menantu dari ibu tersebut memberiku bingkisan makanan yang menurutku itu tidak lumrah untuk dibagikan secara percuma.

"Mbak. Ini buat mbaknya. Makasih udah motret kami." ucapnya sembari memberiku bingkisan itu dengan senyum.

"Eh, mbak. Sama-sama. Tapi ini... Mbaknya nggak salah?" ucapku dengan nada kebingungan.

"Hehehe. Tidak, mbak. Memang kami dari rumah membawa bekal sendiri agar lebih hemat dan tentu membawa lebihan untuk jaga-jaga. Terima ya, mbak." Jelasnya.

"Oalah. Terima kasih, mbak. Sekali lagi terima kasih." ucapku tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Emang rezeki nggak ke mana, alhamdulillah. Aku kembali ke tempat dudukku tadi sembari makan makanan yang kuterima dari keluarga yang fotonya kupotret. Oke, bawaanku semakin banyak dan semakin membuatku menahan diri untuk tidak terlalu mencolok dengan kesendirian ini, bantinku. Aku kembali menyusuri kebun binatang ini. Dari satu tempat binatang ke tempat binatang yang lain. 

Ternyata banyak binatang yang asing bagiku. Sungguh minim sekali pengetahuanku tentang binatang. Padahal sekarang di google semuanya ada. Ketertarikanku perihal binatang ternyata tidak bergejolak.

Aku semakin penasaran akan binatang-binatang yang asing ini. Dari bentuk tubuhnya, bentuk tanduknya,  warna tubuhnya, dan lain-lain. Saat berjalan dengan mengamati satu persatu binatang yang kulihat, tiba-tiba mataku berfokus pada salah satu rusa yang lapar dan ingin sekali melahap tumbuhan yang ada di dekat tempat tinggalnya itu. Ingin sekali kumemberinya makan tapi aku hanyalah seorang pengunjung.

Dengan berat hati kumeninggalkan rusa tersebut, aku pun kembali melanjutkan perjalananku menuju ke binatang yang lain dengan terkagum-kagum akan keasrian kebun binatang ini. Ingin sekali kumemotret tiap sudutnya, namun ada rasa canggung dalam diriku untuk mengabadikan keindahan tempat ini.

Tidak terasa aku pun telah berada di ujung sudut kebun binatang ini menandakan akhir kunjunganku. Ingin sekali kukembali menyusuri lorong demi lorong, namun ragaku tak dapat diajak kompromi. Di sepanjang perjalananku lorong demi lorang untuk menemui binatang-binatang, kujumpai banyak rombongan dari sekolah, entah itu dari taman kanak-kanak maupun sekolah dasar. 

Mereka sangat antusias mengelilingi kebun binatang ini, seantusias aku bisa berkunjung di sini dengan meninggalkan tugas-tugas yang masih menumpuk. 

Kulihat tidak ada wajah yang muram di antara mereka. Semuanya sangat menikmati kunjungan mereka di kebun binatang di masa liburan. Banyak juga yang mengabadikan kunjungan mereka dengan berfoto berbayar. Sungguh pemandangan yang membuat diri kanak-kanakku tergugah. Ahhh pengalaman yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun