Mohon tunggu...
Tasha Salsabillah
Tasha Salsabillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia

Penikmat drama korea genre misteri dan komedi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Muda

29 Desember 2022   17:50 Diperbarui: 29 Desember 2022   17:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di umur yang bisa dikatakan tidak lagi remaja, namun juga belum dewasa ini, membuatku memandang sesuatu berbeda saat ketika masih di bangku sekolah menengah ke atas. Pengunjung kebun binatang dari berbagai usia. Ketika kumelihat keluarga kecil, yang sekiranya anaknya direntang umur 1, 2, 3 tahun. Kuberpikir mungkin usia orang tuanya tak terpaut jauh dariku atau bisa jadi usianya sama denganku. Dari situ aku kembali memikirkan bahwa umur bukanlah sebuah patokan seseorang sudah dewasa atau belum karena setiap orang memiliki masanya masing-masing.

Aku dibuat gemas dengan anak SMA yang masih berseragam datang ke kebun binatang dan mereka double date. Emang ya, masa-masa SMA itu masa seru-serunya. Aku tersenyum di balik maskerku. Rasanya pengen kembali ke masa itu. Dengan masih memakai seragam sekolah tapi udah sampai di suatu tempat wisata.

Aku masih memperhatikan sekitar dengan sesekali bermain gawai. Tiba-tiba...

"Permisi, mbak. Ibu sedang butuh bantuan untuk memotret kami (dengan menunjuk rombongan keluarganya). Apakah mbaknya bisa?" tanya seorang ibu bersama para menantu dan cucunya kepadaku.

"Eh, iya, bu. Bisa. Sangat bisa." ucapku bersemangat.

Kali ini personil dalam potretku lebih banyak dari sebelumnya. Seperti halnya sebuah foto, satu atau dua orang pasti tanpa ekspresi. Ada juga yang sangat bersemangat. Potret keluarga ini sempurna. Cantik-cantik dan ganteng-ganteng masyaa allah, batinku. Ada yang berbeda dari permintaan tolong untuk memotret kali ini. Selesai aku memotret mereka, salah satu anak atau menantu dari ibu tersebut memberiku bingkisan makanan yang menurutku itu tidak lumrah untuk dibagikan secara percuma.

"Mbak. Ini buat mbaknya. Makasih udah motret kami." ucapnya sembari memberiku bingkisan itu dengan senyum.

"Eh, mbak. Sama-sama. Tapi ini... Mbaknya nggak salah?" ucapku dengan nada kebingungan.

"Hehehe. Tidak, mbak. Memang kami dari rumah membawa bekal sendiri agar lebih hemat dan tentu membawa lebihan untuk jaga-jaga. Terima ya, mbak." Jelasnya.

"Oalah. Terima kasih, mbak. Sekali lagi terima kasih." ucapku tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Emang rezeki nggak ke mana, alhamdulillah. Aku kembali ke tempat dudukku tadi sembari makan makanan yang kuterima dari keluarga yang fotonya kupotret. Oke, bawaanku semakin banyak dan semakin membuatku menahan diri untuk tidak terlalu mencolok dengan kesendirian ini, bantinku. Aku kembali menyusuri kebun binatang ini. Dari satu tempat binatang ke tempat binatang yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun