Mohon tunggu...
Tanti Amelia
Tanti Amelia Mohon Tunggu... Ilustrator - ilustrator doodler dan blogger

ilustrator doodler dan blogger

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Telusuri Museum Bahari di Malam Hari, Unik dan Menegangkan!

17 Oktober 2022   19:11 Diperbarui: 18 Oktober 2022   19:03 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajakan mengunjungi museum di malam hari?

Undangan yang menarik!

Setelah melihat jadwal kuliah Dio kosong, aku mengkonfirmasi ke Wisata Kreatif Jakarta, kalau kami bisa mengikuti acara “Tour Night at Museum”. Senang sekali, karena acara ini sangat unik. Apalagi, sekarang mungkin sudah nyaris 3 tahun kami tak bisa pergi ke mana-mana. Pandemi diikuti kepergian Ummi dan adik kandung tercinta, membuat aku sering berdiam diri saja di rumah.

Tawaran ini sebenarnya diberikan oleh sahabat blogger Elisa Koraag, yang akrab kami sapa Buncha atau mami Icha. Beliau terkenal suka mengikuti acara-acara traveling bersama keluarga, sehingga ketika Dio ikut dan ada Bas, putranya juga ikut, tentu saja aku senang. Kami memutuskan akan menginap semalam di hotel yang tak kalah legend yaitu Hotel de Qur, yang terletak tepat di seberang Kali Besar yang telah direvitalisasi.

Do's And Dont's Saat Berkunjung ke Museum

Sebenarnya tak ada yang spesifik, namun sebaiknya kami mengikuti arahan mbak Ira Lathief, Tour Leader kami.

1. Titik kumpul  pukul 18.45 di Menara Syahbandar - Jl. Ps. Ikan No 1 (google map terlampir).  Parkir bisa disana, biaya parkir motor 5 ribu rupiah, dan mobil 10 ribu rupiah.

2. Halte bis TJ terdekat bisa di Halte Taman Fatahillah atau Halte Kota Tua, dan stasiun terdekat adalah Stasiun Beos. Dari sana bisa sambung taksi atau ojek online  dan bajaj.

3. Harga Tur Rp 50 ribu belum termasuk harga tiket museum Rp 5000. Tiket bisa langsung dibayar di loket tiket, yaitu di titik kumpul

4. Acara berlangsung sekitar pukul 19.00 -21.30 bbwi .

5. Anak anak balita dan yang masih di bawah usia 8 tahun tidak diperkenankan ikut.

6. Night Tour ini akan berfokus kepada sisi sejarah dan bukan sisi mistis. Namun lokasi yang akan  dikunjungi adalah bangunan tua usia ratusan tahun, sehingga  dimohon agar selama tour  berlangsung, peserta bisa menjaga ucapan dan pikiran (hindari bicara sembarangan)  untuk menjaga dari hal hal yang tidak diinginkan.

7. Dresscode bebas, namun gunakan sepatu yang bisa dipakai untuk berjalan jauh.

Museum Bahari, Karena Nenek Moyangku Seorang Pelaut

dokpri
dokpri

Museum yang kami tuju kali ini adalah Museum Bahari Jakarta yang terletak di Jl. Ps. Ikan No.1, RT.11, Penjaringan, Kec. Penjaringan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, atau berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa. Museum Bahari merupakan museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian (mengenai laut) dan kenelayanan bangsa Indonesia mulai dari Sabang sampai ke Merauke.

Tiba di depan museum, kami langsung segera makan malam terlebih dahulu.  Di depan pintu museum, memang terdapat banyak sekali jajanan malam, mulai dari nasi goreng, sate, soto,  mie ayam, hingga jamu. 

Founder @WisataKreatifJakarta Ira Lathief, dengan riang menyambut kami di depan Menara Syahbandar.  Bayangan menyusuri lorong waktu di saat matahari terbenam, di Indonesia adalah sebuah hal yang tak biasa. Selain challenging, juga menarik minat milenial untuk kembali menelusuri sejarah.

Ada Apa Saja di Museum Bahari?

1. Menara Syahbandar

dokpri
dokpri

Rumah Kepala Syahbandar sekaligus Menara Syahbandar yang sudah berdiri sejak tahun 1839. Saat itu, menara dengan tinggi 12 meter ini adalah yang tertinggi di Jakarta, sehingga berfungsi sebagai menara pantau .

Untuk menuju ke lantai 3, kami diperkenankan naik maksimal hanya 15 orang, agar tidak berdesakan, di samping itu Menara Syahbandar sudah mengalami kemiringan hingga 4 derajat.

Tiba di lantai 2 ada beberapa keterangan mengenai menara pantau ini, yaitu sejarah Menara Syahbandar dan 

Terdapat foto perubahan kota Jakarta sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini. Terlihat dalam foto, suasana Batavia zaman dulu masih asri dan tidak dipenuhi bangunan. Sangat kontras dengan keadaan Jakarta Utara yang terlihat langsung.

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

Dari atas sini terlihat pemandangan kapal-kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa, terlihat pula Galangan VOC yang berada di seberang bangunan ini, lalu melihat pemandangan Sungai Ciliwung dan Kali Krukut yang sayangnya tidak sebersih yang diharapkan. 

2. Ruang Titik Nol

dokpri
dokpri

Tugu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta pada masa itu, yang disahkan oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1977. Ada pula batu prasasti kedatangan Saudagar Cina pada abad ke-17 yang menandakan bangunan ini merupakan titik nol kota Jakarta.

dokpri
dokpri

Menara Syahbandar merupakan menara yang dibangun tahun 1839 oleh pemerintahan Belanda. Menara ini dulunya digunakan sebagai menara pemantau kapal yang keluar masuk kota Batavia atau yang sekarang kita kenal sebagai kota Jakarta.
Menara Syahbandar, Menara Pemantau dan Tempat Pengumpulan Pajak.


Selain sebagai menara pemantau, Menara Syahbandar digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan pajak-pajak atas barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa pada masa penjajahan. Menara Syahbandar termasuk bangunan bersejarah yang masih berada di dalam kawasan Museum Bahari.

3. Museum Bahari

dokpri
dokpri

Menuju ke Museum Bahari, kami harus jalan sekitar 100 meter. Tempat ini dulunya digunakan Belanda sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah. Komoditi seperti kopi, cengkeh, Pala, dan rempah-rempah lainnya dulu disimpan oleh Belanda di sini.

Pada masa pendudukan Jepang, setelah Belanda sempat diusir dari Batavia, tempat ini sedikit berubah fungsi. Dari gudang rempah-rempah, tempat ini diubah menjadi tempat penyimpanan logistik oleh tentara Jepang.

Satu hal yang saya kagumi dari Belanda adalah kekokohan bangunan dan arsitekturnya. 

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

Dibangun pertama kali tahun 1652 oleh Gubernur Jendral Christoffel van Swoll, semua bangunan dalam kondisi prima. Tiang-tiang kayu, kasau plafon hingga jendela yang dibuat dari material terbaik, membuat bangunan yang berasal dari peninggalan Belanda ini awet.

Di Museum Bahari ini, terdapat lantai 1 dan 2.  Sayang sekali, di tahun 2016, bangunan yang di sisi utara pernah terbakar habis :(

Sumber : Liputan6.com
Sumber : Liputan6.com

Kami memasuki area pamer yang memiliki banyak koleksi seperti peta Batavia, koleksi asli kapal tradisional, lukisan, koleksi miniatur TNI AL, alat navigasi, peralatan senjata kapal dan beberapa replika benda asli dan kapal laut nusantara. 

Kapal Papua dengan ukuran super besar. dokpri
Kapal Papua dengan ukuran super besar. dokpri

dokpri
dokpri

Yang paling menarik, tentu saja perahu tradisional dari Papua. Uniknya, karena kapal ini memiliki "kaki" dengan lebar sekitar 2 meter. Kapal ini dibuat dari satu pohon utuh yang besar,  didatangkan dari Papua langsung. Konon ada ritual khusus lho untuk membuat kapal ini dan menyerahkannya ke museum ini!

Karena hari sudah larut malam, ditambah kondisi tubuh sudah lelah, kami memutuskan untuk tidak ikut ke lantai 2. Tapi bersyukur sekali bisa ikut ke acara Tour Night at Museum dari Wisata Kreatif Jakarta kali ini. 

Terimakasih banyak undangannya, semoga lain kali bisa ikutan lagi seseruan di acara Jelajah Museum lainnya!

 

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun