"Ini siapa yang nge-cat ? Apa enggak lengket?"
"Sendiri", jawabnya sembari menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan keduaÂ
Sambil memegang ujung rambutnya yang berkilau karena warna metalik yang melekat, saya  kembali bertanya
"memangnya ini bisa ilang kalo mandi apa keramas?,Â
"Bisa, Mandi sama keramasnya pake s**light" seolah bangga dia begitu jelas menyebut merek cairan pencuci piring beraroma jeruk nipis itu.
 Ya ampun, batin ini semakin ngenes dengan jawaban Eza. Entah mereka memiliki ide dari mana untuk menjadikan diri mereka sebagai show-case yang cukup atraktif dilihat orang banyak, untuk kemudian menjadi jalan meraup rupiah kecil-kecilan. Biasanya hal serupa banyak dilakukan oleh mereka para pelaku seni. hal serupa pernah saya jumpai di kawasan Kota Tua Jakarta atau Malioboro Jogja, namun bukan anak-anak kecil pelakunya.
"Kalau sepi dapat 50 ribu, kalau lagi rame bisa sampai 100 ribu" Â Jawaban mereka sudah seperti jawaban para pedagang saja.
Hingga pertanyaan pamungkas terhadap mereka adalah untuk apa uang yang mereka dapatkan?Buat Jajan, sebuah Jawaban yang teramat sederhana mengucur dari mulut anak-anak di sudut ibukota. Sungguh, saya tidak dalam kapasitas sebagai pribadi yang bisa membantu mereka secara lebih. Apalagi bermaksud menggalang bantuan untuk mereka. Tidak, ketimpangan sosial khususnya yang menimpa mereka dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa di jalanan tidak akan selesai hanya dengan memberi charity dan charity, dari bantuan makanan, pakaian, hingga aneka kebutuhan lainnya.
Harus ada ruang kebijakan yang efektifitas pemberlakuannya dipertanyakan. Sinergi lintas kelembagaan untuk lebih aktif peduli hingga menanggulani. Bukan saja ditingkat Kota/Propinsi atau malah Pusat. Tapi ini sebuat realitas atas gambaran, bahwa selama ini kebijakan dan implementasi atas nama kesejahteraan sosial khususnya menyangkut anak-anak belum maksimal adanya.
Belum lagi ada efek kesehatan akibat cat yang mengandung bahan kimia melekat pada kulit mereka dibalik uang jajan yang didapatkan.
salam damai penuh kasih