Mohon tunggu...
Talbyahya Herdy Putra
Talbyahya Herdy Putra Mohon Tunggu... Relawan - Juru elus kucing di Komunitas Kalimetro

Seorang mahasiswa teknik yang punya minta di kajian sosial. Saat ini menjadi relawan di salah satu NGO yang bergerak di bidang anti-korupsi. Sering menulis tapi hampir selalu ditolak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Wahai Sobat Brokenheart, Sebaiknya Kamu Jangan Berpikir Kalau Jadi Penduduk Daerah Wisata Itu Enak

30 November 2021   12:54 Diperbarui: 30 November 2021   13:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Menjadi sobat brokenheart memang menyesakkan, terkadang malah bikin jadi nggak mood buat ngapa-ngapain. Semua hal yang dilihat pasti mengingatkan dengan kejadian indah di masa lalu. 

Tetapi, karena kejadian itu berakhir sebagai tragedi, bukannya senang yang dirasa, justru rasa muak dan menyesal yang timbul. Akibatnya, dunia terasa sempit karena menampilkan kesedihan yang itu-itu saja. Klise memang, tapi ya begitu adanya, setidaknya bagi saya yang mantan sobat brokenheart ini.

Untuk mengatasinya, biasanya yang dilakukan adalah berlibur. Tujuannya ada dua: pertama, untuk melupakan semua kesedihan; kedua, untuk menciptakan peluang baru, siapa tau ketemu sobat brokenheart lain yang juga sedang liburan dan akhirnya berjodoh. Siapa tau kan yaaa.

Nah, Kota Batu bisa dibilang banyak menjadi rekomendasi untuk berlibur, terutama bagi para sobat brokenheart yang habis diputusin pacarnya. Kotanya yang dikelilingi pegunungan, hawanya yang sejuk, pemandangan bagus, makanan yang terbilang murah, buah apel khas Batu yang rasanya unik, hingga barisan objek wisata yang siap menghilangkan kesedihan menjadi alasan utama.

Kota Batu ini memang cukup serius dalam menyediakan tempat wisata khusus bagi sobat brokenheart. Salah satunya adalah wisata paralayang. Lokasinya yang berada di atas Gunung Banyak, menyediakan pemandangan yang sangat menawan. Apalagi kalau dikunjungi di saat menjelang pagi. 

Lampu-lampu rumah di wilayah perkotaan yang terlihat meredup bergantian, disusul dengan pemandangan mata hari yang terbit disela-sela gunung benar-benar dapat menjadi kain perekat bagi hati yang baru saja patah.

Tetapi saran dari saya, khususon buat sobat brokenheart laki-laki yang tertarik datang ke wisata paralayang, jangan sampai tergoda dengan panggilan bapak-bapak yang nawarin villa di kiri dan kanan jalan loh ya. Awas, Allah maha melihat, hehe.

Nggak salah memang dengan daya tawar yang sebegitu menariknya, banyak sobat brokenheart yang betah banget liburan di Kota Batu. Bahkan banyak diantara mereka yang sampai berandai-andai bisa menetap di Kota Batu ini. Data pertambahan jumlah penduduk baru dari luar kota mungkin bisa menjadi buktinya.

Sekilas pandangan sobat brokenheart, kalau bisa tinggal di Kota Batu memang tampak menyenangkan sekali. Kesedihan akibat patah hati, bisa disembuhkan dengan bersenang-senang. Kalau sudah tenang sedikit, bisa mencoba berkunjung ke wisata alam nan indah. Kebutuhan jasmani dan rohani dapat tercukupi dengan baik.

Tetapi, nyatanya bukan berarti kalau sudah menetap di Kota Batu, kita bisa hidup dengan bersenang-senang. Ada banyak sekali daftar masalah yang harus siap ditanggung, dan terkadang bahkan sampai mengancam keberlanjutan hidup kita. Berikut adalah beberapa diantaranya.

Batu Sudah Nggak Dingin

BMKG menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir, wilayah Kota Batu mengalami peningkatan suhu sebesar 0,1 sampai 1,5 derajat celcius. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, suhu udara di Kota Batu sudah nggak bisa dikatakan dingin lagi.

Dulu, mungkin kita bisa dengan tenang keluar rumah walaupun menggunakan kaos berlengan pendek. Meskipun di siang hari, terik matahari memang terasa nggak seberapa, kadang justru malah kita yang kedinginan. Sekarang, jangan coba-coba deh kalau nggak mau tangan dan kakimu belang zebra seperti saya.

Selain itu, juga terjadi anomali cuaca. Kadang bisa panas terik, kadang juga bisa hujan deras, walaupun bukan di siklus musimnya.

Merujuk pada data BMKG, curah hujan di tahun 2018-2019 mengalami fluktuasi. Di Tahun 2018, pada bulan November curah hujan yang turun sebesar 211.70 mm kubik. Satu bulan setelahnya di tahun yang sama, curah hujan berkurang menjadi 149.90 mm kubik. Pada tahun 2019 di bulan November, curah hujan menjadi 51,7 mm kubik, dan pada bulan Desember meningkat kembali menjadi 232,5 mm kubik.

Sudah tentu akibatnya kita jadi nggak bisa bersenang-senang dengan tenang. Siapa yang bakal jamin kalau jemuran kita nggak akan kehujanan?

Akibat lainnya adalah, menurunnya jumlah pertanian apel. Laporan dari pewarta Terakota.id menyatakan bahwa terjadi penurunan produksi apel, dari 142.11,6 ton di tahun 2007, menjadi 23.176,4 ton di tahun 2020. Kalau kamu sobat brokenheart yang pengen tiap hari makan apel Batu, ada baiknya kalau kamu nggak usah berharap, apalagi berlebih, kamu bakal jadi korban harapan palsu lagi, dan ujung-ujungnya jadi sobat brokenheart pangkat dua.

Masih yakin, sobat-sobatku sekalian? Kalau masih, coba baca ini.

Ancaman bencana

Kayaknya saya sudah nggak perlu dijelaskan lagi soal bencana banjir yang terjadi sekitar satu minggu yang lalu. Jelasnya, dilansir dari detik.com (6/11), menurut Pakar kebencanaan UGM Profesor Suratman, banjir itu terjadi akibat ekosistem yang terganggu. Utamanya adalah karena alih fungsi lahan di kawasan lereng Arjuno akibat pembukaan lahan pertanian baru.

Tetapi yang mesti diperjelas, pembukaan lahan baru di kawasan lereng itu nggak serta merta terjadi dengan sendirinya, dan bukan juga karena masyarakat yang egois. Ini semua akibat kebijakan Pemkot Batu yang meminggirkan petani-petaninya demi pembangunan wisata.

Selama tahun 2003 hingga 2020 saja sudah ada 683 hektar lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi bangunan wisata, hotel, perumahan, atau villa. Ini terjadi karena kebijakan Pemkot Batu yang mendorong pembukaan wisata baru beserta infrastruktur penunjangnya.

Pemkot Batu nggak cuma mendorong alih fungsi lahan menjadi objek wisata, tetapi juga membiarkan pembangunan di kawasan yang bukan peruntukannya. 

Melansir dari catatan Malang Corruption Watch (MCW), Terdapat beberapa perumahan yang berdiri dan beroperasi di atas kawasan pertanian. Meskipun perumahan itu belum punya izin, tetapi sampai saat ini Pemkot Batu nggak mampu berbuat apa-apa dan cenderung membiarkan.

Contoh lain adalah wisata buatan yang berdiri di kawasan ruang terbuka hijau (RTH) yang juga belum mempunyai izin. Wisata buatan yang saya maksud ini juga termasuk dari objek kunjungan favorit sobat brokenheart.

Akibat dari maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan wisata dan infrastrukturnya adalah, petani kehilangan lahan pertaniannya. Mau nggak mau, lahan baru harus dibuka. Kebetulan saja lahan yang tersisa ada di kawasan hutan lereng Arjuno. 

Ketika terjadi bencana seperti kemarin, tentu saja Pemkot Batu akan berkelak, bahwa petani yang membuka lahan baru itu bertindak atas kemauannya sendiri. Secara nggak langsung sebenarnya Pemkot Batu sedang menggusur petani-petaninya dari lahan pertaniannya sendiri.

Jadi, bagi sobat brokenheart yang suka dan sangat menikmati objek wisata untuk mengobati patah hatinya, di dalam kebahagiaan mu itu ada tangis petani dan alam yang juga sama-sama tersakiti.

Kalau sekarang gimana? Yakin sanggup siap siaga dan waspada terhadap ancaman bencana yang bisa datang kapan aja? Kalau masih juga, lanjutin deh bacanya.

Harus irit Air

Maraknya pembangunan itu, nggak cuman mengakibatkan alih fungsi pertanian yang mengarah pada bencana alam saja, tetapi juga pembatasan akses air. Sobat-sobat sekalian bisa bayangin nggak, kalau seandainya untuk mandi, minum, cuci, hingga wudhu saja, air harus dikurangi sekurang-kurangnya?

Urusan air ini juga jadi sumber permasalahan utama kalau sobat-sobatku sekalian masih tetap mau tinggal di Kota Batu. Pembangunan yang marak dan juga ketidakmampun Pemkot Batu untuk mengawasinya, berakibat pada menutupnya sumber-sumber mata air yang ada di Kota Batu. 

Pada tahun 2010, ada 111 sumber mata air yang mengalirkan air bersih ke berbagai wilayah di Kota Batu dan sekitarnya. Hari ini, tersisa 52 sumber mata air yang masih aktif. Dalam waktu 1 dekade saja Kota Batu sudah kehilangan separuh sumber air bersihnya.

Belum lagi sumber mata air yang dikuasai oleh objek wisata dan perhotelan. Sudahlah airnya kurang, dikuasai sama pihak-pihak tertentu lagi.

Semua itu bakal membimbing kita ke krisis air. Bukannya nggak mungkin kalau di masa depan akan ada perang yang memperebutkan air. Pernah nonton film Hollywood yang menceritakan krisis tanah di bumi yang sepenuhnya sudah digenangi air nggak? Nah itu semua juga bakal terjadi di Kota Batu, tapi objeknya sekarang air.

Seberapa kuatnya sih seorang sobat brokenheart hidup dengan akses air yang terbatas? Mau mengandalkan air mata juga nggak mungkin, kan. Seandainya mungkin, pasti sobat brokenheart sudah kaya karena sering menangis. Mungkin bisa saja kalau sudah ada teknologi yang mumpuni, bisa buat "sumber air mata" atau mungkin buat Pembangkit Listrik Tenaga Air Mata Sobat Brokenheart atau PLTAMSB.

Sayangnya, kalaupun benar-benar ada teknologi semacam itu, Kota Batu keburu hancur. Hutannya habis diganti bangunan beton, sumber mata airnya tertutup. Sobat-sobat sekalian jadi nggak punya alasan lagi untuk tinggal di Kota Batu.

Jadi, sebaiknya sobat brokenheart sekalian nggak usah bermimpi mau tinggal di Kota Batu. Orang warga aslinya saja sudah kesulitan kok. Apa yang kalian bayangkan nggak seindah itu. Saat ini, warga Kota Batu bersama Alamnya sedang bertarung memperebutkan ruang dan hak hidupnya, melawan Pemkot dan barisan pengusahanya.

Tapi kalau sobat-sobat sekalian masih tetap bandel, ya nggak papa juga. Asalkan mau bersama-sama mempertahankan keindahannya Kota Batu dan hak hidup warganya, dari ancaman pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian orang.

Salam dari mantan sobat brokenheart.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun