Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petunjuk Jalan

31 Maret 2024   17:17 Diperbarui: 31 Maret 2024   21:17 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Sekilas guru bahasa Indonesia itu melirik buku yang tadi tengah dibaca Tito.

     "Lagi baca apa?" tanya pak Tudu.

     "Maukah kau menghapus bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu," jawab Tito.

     Tito kemudian tersadar. Ia telah memberi jawaban yang sangat ambigu.

     "Maksud saya, pak,"

     "Iya, saya tau," potong pak Tudu. "Itu judul cerpen Hamsad Rangkuti, kan?"


     Tito menghembus nafas lega. Syukurlah kalau gurunya itu tahu. Tadi dia sempat khawatir jika gurunya itu salah mengartikan maksud dari ucapannya. Pak Tudu kemudian menyodorkan sejumlah uang padanya.

     "Ini komisi dari cerpen kamu yang terbit di majalah," ujar pak Tudu sembari meletakkan sebuah majalah di meja tempat Tito tadi  membaca.

     Tito mengalihkan pandang ke majalah itu dan kembali menatap pak Tudu.

     "Cerpen saya?" tanya Tito bingung. Pasalnya ia merasa sekalipun tak pernah mengirimkan cerpen ke salah satu majalah. Menulis cerpen saja seingatnya tidak pernah.

     "Kamu ingat, kira-kira sebulan yang lalu saya pernah memberi tugas membuat cerpen?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun