Tito meraih henpon. Coba mengalihkan kegelisahannya itu. Barangkali dengan membaca cerita-cerita humor di media sosial suasana hatinya akan membaik.
   Ia lantas memasuki salah satu website humor. Dan muncul iklan judi online bergambar foto perempuan sexy di layar henponnya secara tiba-tiba. Tito berdecak kesal. Iklan-iklan di media sosial yang kerap muncul otomatis seperti ini terasa sangat mengganggunya.
   Tito hendak abaikan tetapi ia teringat kembali kata-kata ketus Tante Tiar.
   "Kamu mau berkeluarga cuma mengandalkan Titit?! Di mana rasa malumu sebagai laki-laki!"
   Tito melihat lagi foto perempuan seksi di iklan judi online itu. Merenung sejenak, sebelum kemudian ia bergegas ke toilet membawa henponnya.
   Begitu sampai di dalam, Tito melepaskan celananya lalu duduk di WC. Awalnya Tito agak ragu haruskah ia meluluskan niatnya ini, tetapi karena ia terusik maka dilanjutkan keingintahuannya itu. Â
   Ia pandang lagi foto perempuan sexy itu. Kali ini sembari memain-mainkan tititnya. Beberapa menit kemudian, begitu Tito merasa sudah ereksi, ia segera mengalihkan pandangan dan kecewa.
   "Otak tidak ada. Titit pun kecil," Tito mendengus.
                    ***
   Bel pertanda jam istirahat sekolah berbunyi nyaring. Dan seperti murid-murid lainnya, Tito gegas membereskan buku-buku lalu beringsut dari kursi dengan langkah yang lesu. Deny, teman sebangkunya, kemudian memanggil.
   "Tit,"