Puisi ini dipersembahkan bagi mereka yang panas hati
Kudapat Melintas Bumi Di atas awan putih yang berarak
Dengar semilir angin Bertiup kencang ke timur,Ku dengar gemurau ombak Menghantam pasisir pantai,Ku rindu ayah yang jauh Di sana
Sejumlah, pepesan kosong pembicaraan dengan teman pukul 08. 00 wib. Tadi, pun sirna, lenyap.
Saya lihat saya lupa, saya dengar saya ingat, saya lakukan saya bisa, Bagaimana pendapat anda?
Transfigurasi terulang kembali di jantung hati agar bisa berjumpa dengan dia yang semakin membumi.
Di antara putus ada dan penuh harapan, hanya doa yang bisa terucap.
Ketika kesadaran itu muncul, aku mengalami dan menyadari
Selama bumi masih berputar Alloh akan kirimkan penjaga kebenaran
Teriakan suara hati menggelegar siapa yang akan mendegar?
Diary berisi refleksi tentang untuk apa kita memiliki dua telinga?
Indonesia juga sudah sangat tercoreng karena Netizen Indonesia yang tidak dapat mengkritik dengan baik
Hari ini kau menulis lagi, bukan syair, bukan tembang, namun bernada. Aku suka.Hari ini kubaca lagi tulisanmu, bukan edisi lawas, baru lewat beberapa
Tulisan yang berkualitas tercipta karena menulis berulang-ulang. Ketika menulis, kita belajar untuk berbahasa yang baik, benar, serta mengoreksi segal
Suara Kang Ebet Kadarusman, masih terngiangOrang generasi 'jadul' yang senang dengarkan radio, siaran shortwave Radio Australia pasti kenal dengan sua
Seorang teman lama mengirimi saya direct message (DM) via instagram, menanyakan tentang tempat saya bekerja sekarang. Saya jawab pertanyaannya sambil
Orang zaman now itu aneh. Duduknya pada berdekatan tapi gak ada yang bicara. Semuanya main gadget. Giliran ada yang bicara, yang lain hanya mende
DengarkanDesir-desir pantai menjelang senja waktu ituKita berdua terbuai di ujung terang hari ituTak rela sore memisah sinar mentari Seperti kita