Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Gembira

1 November 2017   00:21 Diperbarui: 1 November 2017   09:42 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apalagi bagi umat Islam. Umat Islam adalah umat yang mendapat perintah tertinggi untuk membaca. Karena Allah SWT, melalui malaikat Jibril memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca. Ya, Iqra adalah perintah yang pertama dan utama harus dilakukan oleh umat Islam. Karena dengan membaca dan memiliki kemampuan membaca itu umat Islam akan mampu meningkatkan keimanan kepada Allah. Oleh sebab itu, wajib sifatnya untuk membaca. Membaca itu adalah pintu gerbang untuk mengembara ke dunia ilmu pengetahuan, termasuk ketuhanan, tauhid. Dengan membaca, kita akan tahu bagaimana bersujud kepada Allah Yang Maha segalanya.

Agar bangsa ini tidak terus tertinggal dan terlambat mengejar kemajuan di bandingkan dengan Negara-negara lain yang sudah berlari kencang, pemerintah dan seluruh elemen bangsa harus segera berupaya meningkatkan minat baca dan menulis bangsa ini, terutama yang kini sedang berada di bebagai jenjang pendidikan. Untuk mereka yang masih rendah minat membaca, maka harus segera dicari solusi untuk memotivasi mereka membaca. 

Cara yang paling ampuh sebenarnya bisa dengan cara  personal dinkeluarga. Ya, membaca itu harus ditumbuhkan dari rumah. Rumah adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua harus mau dan menyediakan waktu untuk bersama anak-anak membaca.  Begitu juga dengan lembaga pendidikan formal yang bernama sekolah itu. Sekolah yang di dalamnya ada murid (pelajar), guru, kepala sekolah dan staf lainnya, harus berusaha meningkatkan minat membaca para pelajar, Begitu pula halnya bagi mahasiswa di perguruan tinggi.

Nah, apa yang harus dilakukan untuk mereka yang masih pemula dalam membaca adalah membuat model membaca yang menyenangkan. Meminjam istilah Dr. Satria Dharma yang disampaikan beliau dalam seminar nasional di auditorium FKIP Unsyiah kemarin, senin 30 Oktober 2017, semua pihak, keluarga, sekolah dan bahkan mahasiswa harus dilakukan terapi dan treatment dengan pendekatan membaca gembira. Ya membaca yang membuat anak merasa gembira, sehingga bisa menimbulkan rasa suka bagi mereka. 

Membaca gembira, dapat membuat kegiatan membaca tidak menjadi hantu alias momok di sekolah. Oleh sebab itu, sekolah harus banyak menyediakan  bacaan yang menarik secara berkelanjutan. Kedua, sekolah perlu mewajibkan setiap anak membaca buku-buku sastra yang  sangat menarik itu. Sesungguhnya membaca Gembira bisa dilakukan pada setiap jenjang yang berbeda, mulai dari PAUD hingga tingkat SMA dan sederajat.

Untuk tingkat PAUD yang memang belum bisa membaca, pendekatannya berbeda. Di tingkat ini, yang menciptakan kegembiraan membaca tersebut adalah dengan memberikan peran kreatif guru untuk membaca. Guru bisa membaca cerita singkat yang ada di sebuah majalah atau buku-buku cerita lainnya. 

Misalnya cerita-cerita tentang binatang, atau tokoh-tokoh komik yang menarik bagi anak. Selain itu dapat dilakukan dengan cara membawa buku cerita bergambar atau dongeng dengan teks pendek-pendek yang mudah diikuti oleh anak. Guru bisa mengulang-ulang kalimat yang dibacanya. Biasanya anak akan menyimak cerita tersebut, sehingga mereka akan mencerna cerita tersebut dengan baik. Begitu pula halnya untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA, membaca gembira bisa dilakukan dengan berbagi bentuk kreativitas dan innovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun