Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkaulah busur asal anakmu, anak panah hidup, melesat pergi."
Dari kedua tokoh inspiratif yang menyampaikan aspirasi penuh makna puitis dan revolusioner, konklusi nya simpel. Peran orangtua dalam membimbing dan menyayangi anaknya memang diperlukan, tetapi jangan sekali-kali mendikte mereka dan memaksakan kehendak sendiri kepadanya. Anak memang lahir dari rahim Ibu, tapi buah pikirannya langsung diberikan dari Tuhan YME. Kuliah dimanapun, entah itu Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta tidaklah penting. Jika sang anak memilih  PTN, biarkanlah. Jika swasta yang dipilih, maka legowo-lah.Â
Ini harus jadi pelajaran bagi kita, generasi millenial dan penerus bangsa; bahwa nanti sebagai orangtua kita harus berpikir lebih matang dari orangtua kita. Biarkan anak-anak kita menentukan sendiri perjalanan hidupnya, tugas orangtua hanya memastikan bantuan materil seperti biaya sekolah, dan immateril seperti dukungan moral terhadap apapun pilihan anak-anak kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI