Mohon tunggu...
Syurawasti Muhiddin
Syurawasti Muhiddin Mohon Tunggu... Dosen - Psikologi

Berminat dalam kepenulisan, traveling, pengabdian masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rantai Keterkaitan: Intervensi Psikologi dengan Pendekatan Sistemik

24 Januari 2021   15:46 Diperbarui: 24 Januari 2021   15:55 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Keadilan sosial dipahami sebagai bagian integral dari kesehatan psikologis dan layanan kesehatan mental dipandang sebagai sumber perawatan primer, tetapi tidak eksklusif, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan kesehatan mental masyarakat (Abe, 2012). Untuk bisa menciptakan keadilan sosial, diperlukan intervensi yang berkelanjutan dengan pendistribusian sumber daya yang merata.

Selanjutnya, berkaitan dengan intervensi anak dan remaja, diperlukan juga pandangan ekologis sehingga intervensinya dapat multilevel. Tentu saja intervensi pada level mikro tetap diperlukan. Bentuk terapi-terapi psikologis individual tetap penting diberikan terutama bagi anak dan remaja yang memiliki permasalahan-permasalahan psikologis berat. 

Meskipun demikian, intervensi yang bersifat preventif berkelanjutan perlu menggunakan pendekatan ekologis atau dengan pendekatan komunitas yang multilevel, yang mana aspek makro ikut diintervensi (misalnya ekonomi, politik, budaya). Pihak-pihak yang terutama perlu dilibatkan dalam program intervensi anak dan remaja adalah keluarga, teman sebaya dari lingkungan mikrosistemnya, serta sekolah. Dengan demikian, intervensi pada anak dan remaja ini seyogyanya bersifat sistemik.

Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan-persoalan bangsa adalah dengan membangun generasi penerusnya, dalam hal ini adalah anak-anak dan remaja. Olehnya itu, hal ini bukan pekerjaan yang mudah dan sebentar. Bahkan, proses ini berjalan sejak anak tersebut dilahirkan. Tiga hal yang mempengaruhi perilaku remaja, yaitu genetik dan tentunya ini diwariskan dari orang tuanya sehingga yang akan menjadi orang tua juga perlu belajar dan menjaga diri masing-masing agar mewariskan hal yang baik. 

Lalu prenatal (masa sebelum kelahiran atau dalam kandungan) yang sangat ditentukan oleh bagaimana kehidupan ibu yang mengandung dan ayahnya. Kemudian, attachment atau keterikatan yang  sehat, dapat diberikan pada masa pengasuhan terutama di masa-masa awal kehidupan anak. Melihat kepada tiga hal tersebut, intervensi tentunya bukan hanya menargetkan anak saja, pada masa anak tersebut hidup, tumbuh dan berkembang, melainkan juga pada proses sebelum dia hidup dan nantinya memberikan keturunan. Ini adalah suatu siklus yang memerlukan usaha berkepanjangan.

Selain itu, intervensi yang diberikan seyogyanya memerhatikan kebutuhan psikologis anak dan remaja. Kebutuhan psikologis anak setidaknya ada tiga, yaitu 1) belonginess yang dapat ditumbuhkan dengan memberikan anak cinta tanpa syarat; 2) mempersiapkan masa depan (being), yang dapat diberikan dengan menfasilitasi minat, bakat dan pendidikan anak-anak; serta 3) being a child -- menjadi seorang anak sebagaimana anak-anak, misalnya dengan menfasilitasi anak bermain, berimaginasi, dan berdaya kreatif. 

Persoalan-persoalan yang muncul mungkin karena kita kadang melupakan poin 1 dan 3 daa berfokus pada poin 2 saja. Padahal ketiganya penting untuk well-being anak. 

Sementara itu kebutuhan psikologis remaja adalah belongingness dan relasi. Sangat penting bagi remaja untuk diterima apa adanya di lingkungannya atau dalam kelompoknya. Hal inilah juga yang menjadi alasan mengapa teman sebaya dianggap penting mempengaruhi perilaku pada masa remaja. Selain itu, remaja membutuhkan hubungan saling percaya dan peduli. Penting bagi mereka untuk memastikan semua hubungan baik-baik saja.

Berbagai lingkungan berkontribusi terhadap perkembangan kesehatan mental dan kesejahteraan anak dan remaja. Basu dan Banerjee  (2020) merumuskan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan mental anak dan remaja sebagai hasil dari systematic review terhadap literatur relevan sejak tahun 2000 hingga 2020. Faktor lingkungan tersebut dirangkum menjadi lima tema utama, yaitu lingkungan fisik, lingkungan rumah, lingkungan sosial, lingkungan sosial-ekonomi, dan lingkungan digital. 

Penelitian-penelitian terkait efek teknologi terhadap kesehatan mental anak-anak dan remaja mulai banyak ditemukan sejak 2016 hingga saat penelitian dilakukan (2020). Subtema yang termasuk dalam lingkungan fisik adalah karateristik kehidupan tetangga, perubahan iklim dan bencana alam. 

Subtema yang termasuk dalam lingkungan rumah, yaitu parenting (keterlibatan orang tua dan harapan orang tua), struktur keluarga, dan lingkungan kehidupan keluarga itu sendiri (dalam hal ini kejadian tertentu, penyimpangan atau penyalahgunaan, misalnya kekerasan, perceraian, migrasi orang tua, dan orang tua pemabuk). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun