Mohon tunggu...
Syukra (kaka) Alhamda
Syukra (kaka) Alhamda Mohon Tunggu... Freelancer - Photographer

Penikmat Ketetapan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sejenis Cerita Cinta

3 Januari 2021   03:33 Diperbarui: 3 Januari 2021   06:28 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smatawayang_ (kaka)

Semestaku awalnya baik-baik saja, hari-hari aku jalani seperti biasa, bercinta dengan skripsi yang dikejar deadline, dan bercumbu dengan materi-materi lagu yang harus aku bawakan di beberapa cafe setiap minggunya. Aku tidak tahu seperti apa rasanya bahagia, namun aku juga tidak mengenal kata luka dan duka di dada, hidupku terlalu datar untuk seorang remaja yang perlahan beranjak dewasa.

            Hingga suatu ketika kau datang, dan semestaku mendadak berhenti berputar, senyummu mengukir warna di imaji, tatapmu menggetarkan sanubari, dan sapamu mengenalkan aku dengan rasa ingin memiliki, kemudian belaianmu mengembalikan putaran semesta ke porsi yang seharusnya, namun tentu saja dengan rotasi yang sedikit berbeda, rotasi yang sangat halus dan begitu hangat.

            Tanpa pernah aku minta, tiba-tiba saja nada kita seirama, kamu mengikuti ketukan dan ritme yang aku ciptakan, kemudian kita saling mengisi nada-nada yang kosong, pada akhirnya kita saling menutupi nada sumbang yang datang tanpa di undang.

            Perlahan kita mulai saling melengkapi dan terlengkapi, tanpamu aku berantakan, dan tanpaku, kau kehilangan arah tujuan, kita saling mencari disaat tersesat dan saling menemukan demi satu harapan. Tetapi semesta tidak selalu berbaik hati, dia kirimkan jarak untuk memisahkan, bahkan dia tidak rela kita berada diatas tanah yang sama, hingga samudera harus membentang agar tanah yang aku pijak dan tanah tempat kau menapak terpisahkan.

            Namun tenanglah sayang, ini tidak akan lama. Tunggu aku disana, dan kita akan melangkah bergandengan demi sebuah mimpi yang yang tengah kita wujudkan.

            Semenjak kau datang aku mengerti apa itu bahagia, semenjak bersamamu, aku dengan pasti menemukan cita-cita, cita-cita untuk memilikimu selamanya, dan dimiliki olehmu hingga ajal memaksa kita berpisah untuk sementara, sebelum akhirnya kembali bersama disuatu tempat yang disebut surga.

            Entah karena kita selalu saling menguatkan, atau sang waktu yang sedang berpihak, tidak terasa waktu bergerak begitu cepat, dan saat-saat yang kita nantikan telah tiba. Aku sudah menjadi seorang sarjana, kewajibanku di kota ini sudah selesai, tunggulah aku disana, selangkah lagi kita menggapai harapan yang sempat tertahan.

"Bagaimana dengan cita-citamu menjadi seorang musisi?"

"Bukankah kamu ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi?"

"Apakah orang tuamu benar-benar merestui?"

            Tiga pertanyaan yang engkau ucapkan membakar rasa di dada, hingga rasa cinta kepadamu semakin membara. Aku merasa kau sangat peduli hingga mengkhawatirkan sesuatu yang mungkin saja bisa mengancam keberadaanmu di sisiku.

"Cita-citaku saat ini adalah bersamamu hingga mati."

"Anak-anak kita nanti yang akan merasakan pendidikan lebih tinggi."

"Mungkin saat ini tidak, tapi aku yakin suatu hari nanti mereka akan mengerti."

            Jawaban yang aku lontarkan membungkam semua kegelisahan yang kau rasakan, hingga pada akhirnya kau tenang, dan tawamu kembali terdengar dari dalam ponsel yang hanya aku gunakan untuk bertemu denganmu, walau hanya berupa frequensi suara.

            Sore itu burung besi yang aku tumpangi mendarat dengan mulus di kotamu. Sebentar lagi kita akan saling berbicara tanpa perantara.

            Saat ini hanya kau miliku satu-satunya, aku sudah menghapus mimpi sebagai musisi yang aku bangun bertahun-tahun lamanya, meninggalkan para sahabat yang sangat kecewa atas apa yang sudah aku putuskan, dan mengubur keinginan orang tua agar aku bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi, kemudian hidup bersama mereka. Semua demimu, untukmu dan karenamu.

Dekapanmu saat pertama bertemu seperti tidak bisa dilepaskan, kau tidak malu walau semua orang memperhatikan.

Perlahan kita mulai atur rencana untuk masa depan, tanggal dan tempat pernikahan, warna baju pengantin, posisi saat malam pertama, nama anak pertama dan bahkan, letak sofa di rumah yang akan kita bangun bersama, tidak luput dari rancangan angan-angan.

Namun siapa sangka, rencana semesta tidak seperti apa yang kita harapkan, dia selalu saja memberikan kejutan yang tidak pernah terbayangankan, seakan sudah terencana, semesta memberiku izin melihat secara langsung kau dalam pelukan orang lain, kau memeluknya erat dan dia membalas pelukanmu lebih erat, kemudian kalian baru sadar setelah aku melihat pemandangan itu beberapa saat.

Dulu kau pernah membuat semestaku berhenti, namun kali ini kau jadikan semestaku hancur berantakan bersama denganku yang terdiam didalamnya, seluruh tulang terasa melunak, rasa sakit di dada aku rasakan dengan nyata, dan dengan sisa tenaga aku melangkah pergi, namun kau tidak memanggil, apalagi mengejar seperti yang aku harapkan.

Aku berantakan dan terjerumus kedalam lobang hitam, alkohol menjadi pelarian, hingga selangkah lagi aku menuju kematian.

Di saat terburuk suara orang tua yang sudah aku kecewakan datang menguatkan, tidak ada cinta yang lebih tulus dari cinta yang telah mereka berikan, meskipun aku melakukan berjuta kesalahan. Berkat mereka aku bertekat tidak akan bodoh untuk ke dua kalinya, perlahan aku merangkak keluar dari keterpurukan, menikmati rasa sakit, dan menjadikan air mata sebagai pelepas dahaga. Hingga akhirnya waktu menjawab segala usaha dan do'a. Aku kembali seperti sedia kala, dan bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Untuk kamu yang mungkin sudah berbahagia dengan mimpi yang baru, tenang saja, aku tidak akan pernah membenci apalagi mengutuk. Bahkan aku ingin berterima kasih untuk semua, berkat kehadiranmu aku pernah merasakan bahagia, bersama denganmu aku mengerti harapan dan perjuangan, dari pengkhianatanmu aku belajar cara mengobati perihnya luka berlumur duka.

Berbahagialah disana, tidak saling mengetahui kabar adalah hal terbaik untuk kita, karena aku tidak akan pernah sempat memberikan kabar apalagi mencari kabar tentangmu, aku tengah sibuk merancang mimpi yang harus diwujutkan, bukan mimpi yang hanya sekedar angan-angan, seperti apa yang pernah kita rencanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun