Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Dia, dan Cinta

18 Desember 2020   06:50 Diperbarui: 18 Desember 2020   06:53 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama dia punya rasa itu, sejak ia tahu bahwa dunia terdapat laki-laki dan perempuan. Sudah lama sejak ia menentukan sendiri untuk apa uangnya ia gunakan, dan kemana ia akan pergi. Kemarin aku bertanya, apakah dia baik-baik saja ?

Dia menggeleng pelan, dia sangat mencintai seseorang yang saat ini berada entah dimana. Aku bertanya, mengapa bisa kau memendamnya begitu lama? Dia tidak tahu alasan apa yang mendasari perasaannya yang begitu dalam pada seseorang yang kini entah dimana. Sudah lama pula aku menjelaskan pada dia, bahwa cinta itu kebahagiaan. 

Cinta memberi keindahan dan keceriaan dalam hidup. Lihat..??? banyak orang bergandeng tangan menelusuri jalan cinta, setiap orang membangun rumah untuk berteduh bersama cinta, dan manusia lahir dari cinta. Semua yang sudah pernah aku lihat, cinta mendatangkan tawa dan senyuman yang berseri.

Dia tersenyum pedih, matanya berkaca-kaca dan menatapku dengan seksama."Jika itu memang benar adanya, lalu aku ini apa ? jika itu benar adanya, apakah aku bukan manusia yang punya cinta? Dimana letak salahnya, aku lebih beruntung karena punya perasaan cinta daripada dirimu yang sekalipun tak pernah mencinta. 

Rasa itu tumbuh sejak ia membelai hatiku dengan sapa, membelai jantungku dengan nama, membelai mataku dengan keindahan parasnya. Meski aku tak pernah mengungkapnya, meski aku diam tanpa pepatah, rasa itu masih ada. Cinta membawa kebahagiaan ? lalu rasaku ini apa, jika yang datang hanya kesedihan dan air mata. Cinta membuat segalanya indah ? lalu cintaku ini jenis apa yang membuat segalanya menjadi suram".

Dia menangis sesenggukan dia tak lagi menatap wajahku, kepalanya tertunduk, bahunya berguncang, dan hujan deras turun mengiringi tangisnya. Mungkin langit sudah gelap sejak dia memendam rasa itu. Cinta yang tiada pernah terungkap, hingga ia tak pernah terbalas. Cinta yang entah jenis apa. 

Aku pun bingung dibuatnya, bukankah dia harus bahagia karena punya cinta? Bukankah cinta dapat membuatnya semangat dan lebih bersemangat dalam segi apapun. Namun mengapa bertahun lamanya dia hanya termenung meratapi cintanya? Bahkan untuk diungkapkan pun dia tak tahu harus kemana perginya. Antara aku, dia dan cinta manakah yang paling benar? Aku yang selama ini hanya menjadi penonton, dia yang selama ini menjadi pemain paling sengsara atau cinta yang entah akan membawa apa pada kehidupan manusia.

 

______

Jateng Desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun