Mohon tunggu...
Syifi AlifyaQurotunazmi
Syifi AlifyaQurotunazmi Mohon Tunggu... Mahasiswa

pecinta film dan kuas makeup

Selanjutnya

Tutup

Roman

See Me

12 Oktober 2025   12:21 Diperbarui: 12 Oktober 2025   12:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Halo namaku Mecca, bisa di bilang aku anak yang ceria, aku adalah anak kuliahan yang sedang berjuang untuk hidupku dikota orang, kata orang hidup itu sebuah pilihankan? jadi aku memutuskan untuk tinggal di kota besar ini sendirian, ralat disini ada banyak temanku yang selalu mendukungku. Aku berkerja sampingan disebuah coffe shop ditengah kota. Aku suka tempat kerjaku, dari sana aku bisa melihat berbagai aktivitas yang dilakukan banyak orang, tempatnya orang-orang yang sedang sibuk mengerjakan tugas atau mungkin sekedar bersantai ria. Dan disinilah aku sekarang, berdiri didepan caser menatap keluar jendela yang agaknya sebentar lagi akan turun hujan? 

'tok tok'

Kku terkejut ketika mendengar ketukan yang berasal dari meja casser ku, seketika aku mengalihkan pandanganku pada seseorang yang aku pun tidak tahu sejak kapan dia sudah ada di hadapanku.

" oh iya kak, mau pesan apa?"

Pria itu tersenyum tipis dan berkata. "ngelamun aja nih"

lagi-lagi pria itu, aku ingat sekali dia selalu menyempatkan diri untuk sekedar minum coffe di tiap minggunya. Kak Kezhan. Lelaki berbadan tinggi dengan senyuman manisnya.

Aku tersenyum cengengesan sambil menahan rasa malu. "aku kira siapa, jadi mau pesan apa?". tanyaku, padahal aku tahu apa yang akan dia pesan.

Matanya hilang saat dia tertawa kecil" biasa, flat white". ujarnya sambil mengeluarkan uang dari dompetnya 

Aku mulai mengetik pesanannya sambil tersenyum malu "Oke ditunggu yah kak ". kataku 

Pria itu menganggukan kepalanya dan tersenyum tipis. berjalan menuju tempat duduk dekat jendela dan mulai membuka kursi yang semula rapat pada meja. Tempat favoritnya. Tangannya mulai sibuk mencari-cari barang yang akan ia keluarkan dari tasnya. Laptop dan kacamata. Ada aura menenangkan yang entah kenapa membuat suasana kafe yang mulai ramai ini terasa lebih damai.

Aku mulai membuatkan pesanannya. Aku bekerja dengan cekatan. Membuat minuman dengan sepenuh hati, mengingat siapa yang memesan. Sesekali aku meliriknya sekilas. Ku dapati ia sudah membuka laptop dengan kacamata yang sudah terpakai. Cahaya dari laptop menerpa wajahnya yang berahang tegas, membuatnya semakin... Tampan, dan akan selalu seperti itu.

Aku dan kak Kezhan sudah cukup lama berkenalan, bermula saat dia dan teman-temannya sering menongkrong di bellen's Cafe ini, sebelumnya aku tak mengira kak Zhan satu kampus dengan ku sampai pada akhirnya aku bertemu dengannya di kampus.  Sesekali kami mengobrol saat berpapasan dikampus. Seiring berjalannya waktu aku dan kak Zhan mulai dekat. 

Aku berjalan ke arahnya sembari membawa pesanan.

"Selamat menikmati kak Zhan". ujar ku sembari menyodorkan satu gelas flat white pesanannya 

Seketika kesibukan yang ia lakukan tadi terhenti karna suara lantang ku "Thanks ca". dia tersenyum tipis

"Ka Zhan lagi banyak kerjaan yah? dari tadi serius banget". Kataku sambil menarik kursi untuk ku duduki.

"Ngga ca, cuman dikit lagi sih". katanya sambil menatapku.

"Oh gituu kak. Eh iya kak mingguan depan kamu udah wisuda ya?". tanyaku  

"Iya. Ca, kamu dateng loh yah". ucapnya serius.

"Lihat nanti deh kak, aku masih bingung siapa yang mau gantiin shift ku nanti". Ucapku, Sedih rasanya jika mengingat dihari yang penting itu aku tidak bisa datang.

Ia mengerutkan dahinya "Loh kan ada Risa, biasanya juga yang gantiin dia kan?". Ucapnya sambil melipat kedua tangannya.

Aku menghembuskan nafas."Risa ga bisa, lagi ada janji dia". kata ku sambil memasang wajah cemberut.

Lelaki itu mulai mencondongkan tubuhnya. Menaruh lipatan tangannya di meja " Kalo Andri? ". ucapnya sambil membuka kacamata.  

"Dia masih di Jogja kak". "Bilang nya sih pulang hari Senin. Semoga hari Senin nanti dia jadi pulang yah". ucapku dengen penuh harapan.

Pria itu mengangguk kepalanya. " Semoga aja beneran pulang deh". Ucapnya 

Pria itu melirik tangan ku "Tangan kamu kering lagi?". Dia mulai mengerutkan dahinya lagi.

" Iyaa kak creamnya ketinggalan hehehe". Ucapku. Tertawa cengengesan.

"Kebiasaan deh". Pria itu mencari sesuai dalam tasnya. Sementara aku memperhatikan tanganku yang mulai mengelupas

Pria itu mengulurkan tangannya padaku. "Sini liat  tangannya". Aku menatap tangannya yang terulur. Belum sempat aku mencerna kata yang Pria itu lontarkan tanganku sudah ditarik begitu saja olehnya.

Jantungku berdetak kencang tak karuan. Pria ini selalu berhasil membuatku berakhir seperti ini. Wanita mana yang tidak jatuh hati padanya bila di beri perhatian sebegitunya. 

Aku tersenyum tipis. " Kak Zhan emang selalu bawa cream ini yah". Tanyaku.

"Iya buat jaga-jaga". Ucapnya. Wajahnya menatap tanganku serius sambil mengoleskan cream itu. Sesekali melirikku.

Aku menatapnya dalam diam. Tiba-tiba aku teringat ucapannya tempo lalu "Jangan sampe kamu jatuh cinta sama aku yah ca". Kata-kata itu selalu berputar di kepalaku. Perlakuan dan kata seakan tak selaras. Tapi aku selalu berusaha untuk membiasakan hatiku. Aku selalu bertanya-tanya sebenarnya apa yang pria itu pikirkan tentang ku? Apa hanya aku yang harus merasakan hal seperti ini? Apa hanya aku yang jatuh hati padanya?.

***

Kring Kring Kring

Aku terbangun oleh suara handphone ku. Aku mengerutkan keningku. Siapa yang menelfon sepagi ini?. Detik berikutnya aku meraih handphone ku yang berada dibawah bantal.

"halo?". tanyaku dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"halo ca, ini aku Risa". jawabnya diseberang sana.

"Oh iya ada apa sa?". ucapku.

"Gini ca, kayanya aku gajadi pergi siang ini, jadi bisa sih gantiin shift siang kamu". Katanya. Risa memang salah satu teman kerja yang paling dekat denganku. Kami saling mengandalkan satu sama lain. Beruntung aku mengenal dia.

Aku terduduk begitu saja saat Risa mengatakan itu.

"Beneran Sa?". Tanyaku memastikan. Aku tersenyum saat kata selanjutnya yang Risa katakan.

"Beneran ca, mau ga? kalo ngga aku tidur lagi nih". tanya nya lagi.

 

" MAU MAU". Kata ku. Tak bisa menyembunyikan kebahagiaan ini.

"Makasih saa, maaf banget yah ngerepotin". ucapku merasa tak enak pada Risa.

"Iya chill aja kali ca". Ucapnya diseberang sana. Selanjutnya perbincangan kita berakhir begitu saja karna Risa harus melanjutkan pekerjaannya.

***

Aku bersiap untuk pergi ke acara wisuda Kak Zhan hari ini. Aku sangat berterimakasih pada Risa yang sudah bersedia menggantikan shift siang ku. Hari ini hari yang paling membahagiakan bagi Kak Zhan, Jadi dari jauh-jauh hari aku juga menyiapkan hadiah kecil untuk bentuk Apresiasi. Jam tangan yang ku beli dari hasil tabungan ku. Ini adalah hadiah pertama yang aku berikan untuk kak Zhan. Aku memilih Jam tangan karna aku sering melihat kak Zhan yang selalu memakai jam.

Aku mengirim pesan pada pria itu. Mengabarinya bahwa aku akan datang pada acara wisudanya, Namun sepertinya kak Zhan sedang sibuk bersiap?.

Detik selanjutnya aku bercermin. Menatap diri dari pantulan itu. Aku sudah siap. Haruskah aku bicara pada kak Zhan tentang perasaanku sekarang? Apakah aku sudah siap untuk kata yang akan diucapkan kak Zhan nantinya? Apakah kita akan baik-baik saja kalau aku menyatakan perasaanku?.

***

Aku berjalan di lorong dengan banyak orang disana. Mencari-cari seseorang yang akan ku temui hari ini. Kak Zhan. Pria itu belum membalas pesanku sejak tadi.

Aku berdiri di tengah lautan manusia. Tempat ini begitu ramai. Orang-orang sibuk dengan urusannya. Begitu banyak yang berbahagia hari ini begitu pun juga aku.

"Mecca".

Aku menoleh begitu seseorang memanggilku. Kak Bian.

"Hai Mecca". Pria itu menyapaku dengan riang. Selalu seperti itu." Cari Zhan yah?." Tanya pria di hadapanku.

"Hai kak Bian!". " Iya kak, aku udah coba hubungi dia cuman ga ada jawaban, mungkin karna ga kedengeran kali yah?". Tanyaku.

"Iya kayaknya ca, didalem berisik banget". Jawabnya.

" Gua anter aja deh yuk!". Pria itu mengajak ku menyusuri lorong dan mulai memasuki ruangan besar yang cukup berisik karna dentuman musik.

Detik selanjutnya aku melihat Kak Zhan yang berbincang bersama wanita cantik berambut panjang diseberang sana. Wanita itu sangat cantik.

"Zhan!". Bian berteriak menyapa Zhan.

Pria itu menoleh. Berhenti berbincang. Tersenyum saat melihat ku. Aku melambaikan tanganku padanya.

" Nih bocah kasian banget planga plongo sendirian dia di luar". kata kak Bian.

"Sorry ca aku ga liat hp tadi, tapi aku baca kok kamu mau kesini". Ucapnya sambil menatap ku.

"Iya gapapa kak Zhan kan ini udh ketemu". Aku tersenyum padanya. Demi Tuhan pria ini terlihat tampan seribu kali lipat dengan jas yang melekat pada badannya itu.

"Oh iya Key kenalin ini Mecca yang sering aku ceritain". Pria itu memperkenalkan ku pada wanita disebelahnya.

Wanita itu mengulurkan tangannya padaku. Senyumnya sangat cantik."Oh hai Mecca, aku Keyra". 

Aku ikut mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengannya. "Hai kak Keyra, Salam kenal aku Mecca". aku tersenyum padanya. Ada yang aneh dengan tangannya.

"Oh iya Mecca aku belum pernah cerita." "Keyra ini pacarku, kita baru pacaran dua hari yang lalu". Pria itu berbicara dengan santai dan tersenyum malu-malu.

"Bro". Ucap Bian yang sedari tadi hanya memperhatikan perbincangan kami sekarang mulai bersuara. Pria itu menggelengkan kepalanya pelan.

Sementara Zhan hanya menatap Bian dengan tatapan seperti mempertanyakan. Ada apa?. 

Senyum ku seketika luruh. Namun aku paksakan untuk terlihat baik-baik saja. Seketika Jantungku terasa berhenti sejenak. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kepala ku pusing. Aku ingin segera pergi dari sini. Rasanya sesak.

Aku baru sadar, pria itu selalu membawa cream tangan bukan untukku, tapi untuk kekasihnya yang memiliki kulit seperti aku.

Aku mengulurkan tanganku pada Zhan.

"Selamat yah kak". "Selamat atas kelulusanmu". Aku menoleh pada wanita itu "Dan selamat untuk hubungan kalian". Aku tersenyum tipis. berusaha agar terlihat baik saja.

"Makasih juga udah dateng Ca". ucapnya sambil tersenyum padaku.

"Oh iya ini kak." Aku memberikan Tote bag berisi jam tangan yang semula ku genggam. 

Zhan mengambil Tote bag yang diberikan ku padanya "Eh apa ini? gausah repot-repot kali ca".

"Sorry kak kayanya aku harus pulang sekarang deh". kataku.

"Buru-buru banget Ca?". Tanya Zhan.

"Iya kak aku harus ke cafe". Jawab ku.

"Loh bukannya udah digantiin Risa yah?". Sial dia ingat pesan singkat yang ku kirim.

"Dia ada urusan tiba-tiba makanya aku harus kesana sekarang. Yaudah yah kak aku pergi dulu". ucapku tampak tergesa-gesa dan mulai melangkahkan kaki ku untuk keluar.

"Mecca!". Pria itu memanggilku lagi

Aku menoleh 

Pria itu mengangkat Tote bag yang ada digenggamnya"Makasih". ucapannya tersenyum padaku.

Detik selanjutnya aku menghilang dari ruangan itu.

"Kacau lu Zhan". Ucap Bian seraya ikut pergi dari ruangan itu.

Sementara Zhan dan Keyra tampak kebingungan. Ada apa sebenarnya?

***

Disini lah aku sekarang. Terduduk di taman belakang kampus. Aku belum pergi dari tempat ini. Untuk melangkah pun rasanya tak sanggup. Ditemai awan mendung yang seakan selaras dengan perasaanku saat ini. Aku menatap air danau dihadapanku yang terlihat tenang. Angin sore menyapa kulitku. Tanpa kusadari tiba-tiba air mataku jatuh begitu saja. Rasanya sesak sekali. Belum sempat aku bertarung tapi lagi-lagi aku harus kalah.

Hujan mulai turun. Air danau yang semula tenang kini dihiasi gemercik air hujan. Aku membiarkan tubuhku dibasahi air hujan yang semakin deras. Air mataku menyatu dengannya. Berharap rasa sedih ini pergi bersama air hujan yang mengalir entah kemana.

Detik selanjutnya aku merasakan ada seseorang yang mencoba menghalangi air hujan agar tidak mengenaiku. Itu kak Bian. Pria itu menggunakan jasanya untuk menutupi ku.

Pria itu menatapku dengan rasa khawatir. "Ayo pergi". Ucapnya 

Aku mendongak an kepalaku.Aku menggelengkan kepalaku pelan. Menatapnya dengan genangan air mata. 

"Lo gabisa kaya gini Ca".Pria itu menatapku dalam. 

"Gua tau lo suka sama Zhan". Apa sekentara itu?

"Gua pengen lo bahagia, tapi kalo akhirnya kaya gini gua ga rela". Ucapnya begitu menggebu-gebu. Apa maksudnya?

"Gua suka sama Lo". 

Kejutan apa lagi yang Mecca terima hari ini.

Pria itu membuang jasnya sembarangan. Memeluk Mecca tanpa izin. "Tolong Ca kali biarin gua perjuangin Lo". Mereka berpelukan dibawah rintik hujan.

Sementara aku hanya bisa menangis di pelukannya. Bingung apa yang harus ku katakan selanjutnya?

Pria itu melerai pelukannya dan menatapku. Mengusap lembut air mataku yang menyatu dengan air hujan ."..Kamu nggak perlu jawab apa-apa sekarang, Ca. Cukup izinkan aku jadi orang yang memastikan kamu nggak akan pernah menangis sendirian di bawah hujan lagi."

Perkataan itu membuatku sedikit menghangatkan diantara dinginnya air hujan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun