Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[10 Tahun Lumpur Panas] Bencana Lumpur Lapindo dalam Catatan Kompasianer

28 Mei 2016   22:40 Diperbarui: 29 Mei 2016   12:11 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="DVD tragedi Lumpur Lapindo yang dijual warga Sidoarjo (Foto: Agung Prasetyo)"]

[/caption]

[caption caption="Semburan Lumpur menimbulkan asap pekat(Foto: Agung Prasetyo)"]

[/caption]2. Kenangan Melihat dari Dekat Lumpur Lapindo

Kesempatan bertugas di Sidoarjo membuat Rushans Novaly punya kesempatan mengunjungi lumpur lapindo di wilayah porong.

"Sebelum berangkat menuju Sidoarjo saya mendapat permintaan dari beberapa teman untuk mengunjungi sumber semburan Lapindo. beberapa orang malah minta dibawakan serpihan lumpur dari lapindo sebagai kenang kenangan". Kenang Rushans.

Sesampainya di lokasi, Rushans berhasil melihat dari dekat lumpur panas itu sepandangan mata dari atas tanggul yang menjulang yang tingginya hampir 10 meter, tersusun dari batu batu cadas berupa undak undakan dengan jaring kawat baja sebagai pengikatnya. Tanggul lumpur itu dibuat agar luapan lumpur tidak meluber menuju jalan raya porong dan jalur kereta api Surabaya- Malang yang berada disisi tanggul.

Bau khas dari lumpur tercium. Seperti bau belerang. Letupan dari tengah danau lumpur terlihat jelas. Kepulan asap putih dari tengah danau terlihat membumbung tinggi. Papar Rushans.


[caption caption="Tanggul penahan semburan lumpur (Foto: Rushans Novaly"]

[/caption]Dalam artikel berisi pengalaman menarik itu, kekuatan foto juga lebih banyak bicara.

3. Tentang Ayah (Catatan Jelang 5 Tahun Lumpur Lapindo)

Goresan berbeda ditorehkan Rahman Seblat, ia mencerita tragedi genangan lumpur tersebut di mata seorang ayah menarik benang merah dari sebuah  film perang The Age ofStupid. Menurut Rahman, film tersebut dengan bencana lumpur Lapindo memiliki sebuah persamaan: tentang para ayah yang rela melakukan apa saja demi keluarganya.

" Ayah mereka (Korban Lumpur) -read telah "dibunuh" mata pencahariannya. Sawah leluhur ditenggelamkan. Pabrik tempat si ayah menggantung hidup dilantakkan. Ruang usaha tempat gantungan nasib dimana rejeki didayung dengan susah payah oleh ayah hancur lantak diporandakan oleh lumpur yang mengurung. Kampung halaman ruang banyak orang bermukim dihilangkan paksa oleh gelontoran pekat yang tentu tak datang begitu saja." **

** "Tiba-tiba kesengsaraan di depan mata. Ayah menjadi tak berdaya, kemudian keluyuran dengan botol di tangan, dengan seribu serapah yang tak pernah menyelesaikan masalah. Atau malah kawin lagi, demi menghilangkan galau".
Paparan dan goresan elegi yang menyayat hati namun realita yang sangat mungkin terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun