Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Awas! Ora Elok, Nanti Kualat!

27 Juli 2020   12:16 Diperbarui: 27 Juli 2020   12:19 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengurai perdebatan mengenai obat, dapat kita runut sebuah riwayat mengenai Nabi Musa. Suatu ketika Nabi Musa sakit perut ketika sedang memimpin rombongannya. Karena terlalu sakit maka beliau berdoa kepada Allah untuk diberikan kesembuhan. 

Kemudian Allah menfirmankan kepadanya untuk naik sebuah bukit dan mengambil beberapa lembar daun tertentu untuk dimakan. Nabi Musa kemudian lari keatas bukit, dan belum sampai menemukan daun yang diperintahkan, perut Nabi Musa sudah sembuh. Beliau kemudian turun dan melanjutkan perjalanan.

Namun keesokan harinya sakit perutnya kambuh lagi, kemudian dia teringat dengan firman Allah yang lalu. Maka larilah Nabi Musa ke atas bukit dan mencari daun yang diperintahkan kemarin. Setelah ditemukan, dimakannya berlembar-lembar daun itu, namun sakit perutnya tak kunjung sembuh. 

Kemudian dia pun mengadu kepada Allah, mengapa sakit perutnya tak kunjung sembuh. Allahpun kemudian menegurnya, bahwa tidak ada yang menyatakan kalau daun bisa menyembuhkan, kemarin kamu sakit perut langsung mengadu kepadaKu, sekarang kamu sakit langsung mengambil daun itu tanpa menoleh sedikitpun kepadaKu. Padahal yang memeberikan kesembuhan itu bukan daun itu, tetapi Aku.  

Begitulah, jika kita memaksakan batasan syirik dengan sangat kaku, maka yang kita temukan justru kerancuan. Karena perilaku kadang tidak selalu sejalan dengan suara hati. Sedangkan syirik itu adalah sebuah penyakit hati, yang tahu hanyalah dia (si pelaku sendiri) dan Allah. Dalam hal obat, permasalahannya bukan pada obat yang ilmiah medis atau dari kewaskitaan dukun, namun pada sikap batin kita terhadap obat tersebut.

Bersikap Rasional

Sebisa mungkin kita harus berusaha untuk tidak larut dalam perbuatan yang syubhat, alias meragukan, yang dapat menggiring kita kepada perbuatan syirik. Karena syirik adalah satu kejahatan yang sangat besar dan diancam keras oleh Allah sendiri untuk tidak pernah akan mengampuninya.

Allah berfirman dengan sangat jelas, "Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar" (Q.S: Luqman: 13), kemudian Allah juga mengancam, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar" (Q.S. An-Nisaa': 48).

Perilaku kita mesti berusaha diarahkan untuk mendapat satu keyakinan tidak untuk menyekutukan Allah. Semua peristiwa alam yang ada di dunia ini bergerak sesuai dengan sunnatullah, hukum-hukum Allah, seperti air yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah, api berasa panas, jika tergores pisau kulit terasa sakit, untuk berpenghasilan harus bekerja, sampai peristiwa-peristiwa kecil mendetail bagaimana kondisi ketahanan tubuh dapat menangkal penyakit dan sebaliknya, yang kemudian diketemukan obatnya.

Banjir besar yang terjadi, juga bisa dimaknai sebagai sunnatullah. Ketika hutan sudah digunduli, mebang pohon sesuka hati sehingga resapan air tidak ada lagi, maka air yang turun langsung deras menerjang daerah-daerah yang lebih rendah. Hal ini kemudian disebut manusia sebagai bencana, padahal itu adalah sebuah sunnatullah yang niscaya terjadi jika prasyaratnya sudah lengkap. 

Dari sini, dengan meyakini adanya sunnatullah, tidak dapat dikategorikan sebagai Syirik, karena sejatinya kita mengimani ketentuan-ketentuan yang telah Allah janjikan. Inilap pula kualat yang disebutkan sebagai tahayul, sejatinya adalah sunnatullah yang tengah berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun