Mohon tunggu...
Syamratu Nur
Syamratu Nur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Farmasi di Era Revolusi Industri 4.0

1 April 2019   17:44 Diperbarui: 1 Juli 2021   07:46 2356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran Farmasi di Era Revolusi Industri 4.0 | pexels

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Perkenalkan nama saya Syamratu Nur, biasa dipanggil Ratu, Mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, angkatan 2018, GB 4. 

Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan sedikit materi tentang Peran Farmasi di era Revolusi industri.

Revolusi Industri

Revolusi industri merupakan perubahan secara besar- besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri terjadi pada tahun 1750-1850 dan dimulai dari Britania Raya kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, hingga ke seluruh dunia. Jadi dapat disimpulkan bahwa revolusi industri adalah suatu perubahan secara cepat dalam pelaksanaan proses produksi (cara pembuatan atau meningkatkan nilai guna suatu barang) yang semula menggunakan tenaga manusia (tradisional) beralih dengan menggunakan peralatan mesin (modern).

Revolusi industri sampai saat ini telah mencapai generasi ke empat, atau lebih di kenal dengan Industri 4.0. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan di gantikan oleh kemunculan mesin.


Baca juga: Bagaimana Peran Farmasi di Era Revolusi Industri 4.0?

Konsep Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom terkenal asal Jerman yang menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia. Dalam presentasi Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Richard Mengko, yang mengambil sumber dari A.T. Kearney, mengungkap sejarah revolusi industri sampai akhirnya menyentuh generasi ke-4 ini.

Perubahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya kini benar terjadi pada abad ke-21. Hal ini tak lepas dari berbagai macam kejadian di masa lalu, salah satunya adalah Revolusi Industri. Revolusi Industri menyebabkan perubahan cepat yang mempengaruhi berbagai sektor, incumbent yang tidak siap akan kerepotan mengahadapi disrupsi kreatif ini.

Ditilik dari sejarahnya, Revolusi Industri telah terjadi empat kali. Revolusi Industri pertama dimulai dengan ditemukannya mesin uap, kereta api dan produksi yang dimekanisasi. Revolusi Industri yang kedua terjadi pada tahun 1890 dengan ditemukannya listrik dan pendekatan baru dalam manufaktur tentang produksi masal. Revolusi Industri ketiga terjadi ketika ditemukannya semikonduktor dan penyebaran computer serta internet pada tahun 1960an.

Sekarang, kita sedang mengadapi Revolusi Industri yang keempat, pengembangan dari teknologi digital pada Revolusi Industri 3. Muncul berbagai terobosan baru yang tak hanya dalam bidang digital (artificial intelligence), tetapi juga pada bidang fisika (penemuan material baru), biologi (bio-engineering), Internet of Things dan teknologi-teknologi lainnya. Teknologi baru tersebut dan berbagai interaksi di dalamnya akan menawarkan berbagai penemuan baru. Hampir semua aspek dalam kehidupan kita akan terpengaruh: pekerjaan, model bisnis, struktur industri, interaksi sosial dan sistem pemerintahan.

Dari tiap masa, ilmu kesehatan selalu mengalami perkembangan secara revolusioner. Dimulai dari ditemukannya stetoskop (1816), rontgen (1895), dan magnetic resonance imaging (1978), saat ini kecerdasan buatan yang memimpin perkembangan selanjutnya. Dalam industri kesehatan, beberapa perusahaan teknologi telah mengembangkan produk mereka dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk memproses data-data yang dikumpulkan dari pasien.

Dunia industri Indonesia tengah berada di Era Revolusi Industri 4.0. Hal itu mengharuskan peningkatan kualitas dan peran profesi termasuk Apoteker.

Revolusi Industri 4.0 adalah pola mengubah cara hidup, bekerja, berhubungan satu sama lain pada berbagai bidang. Untuk menghadapi era tersebut, maka diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan.

Sektor kesehatan merupakan sektor yang mendapat pengaruh kuat dalam perkembangan era revolusi industri 4.0 karena pemanfaatan teknologi untuk memantau status kesehatan seseorang atau status kepatuhan pasien mengkonsumsi obat yang diresepkan sangat membantu tenaga kesehatan dan farmasi untuk mencapai tujuan terapi pasien.

Industri Farmasi 4.0. Ini adalah cara baru di mana mengelola industri farmasi, menggabungkan lingkungan online sebagai offline. Konsep ini dapat diterapkan pada masalah manufaktur farmasi untuk secara signifikan meningkatkan produktivitas dan kualitas, mengurangi risiko dan limbah. Selain meningkatkan pemantauan real-time dan ketertelusuran dari rantai pasokan ke konsumen akhir. Juga, ia berusaha untuk mengotomatisasi proses manajemen dan dokumentasi yang kompleks, untuk membuat adaptasi yang lebih efisien dengan persyaratan peraturan dari sektor ini.

Di antara berbagai sektor yang terdampak oleh RI keempat, tampaknya sektor kesehatan adalah sektor yang paling mungkin mendapatkan keuntungan dari bergabungnya sistem fisika, digital dan biologi, walaupun sektor ini mungkin juga yang paling tidak siap menerimanya. Hal ini diperkuat dari hasil survei terhadap 622 pemimpin bisnis dari berbagai industri di seluruh dunia oleh The Economist Intelligence Unit.

Jajak pendapat terhadap para pemimpin bisnis ini menunjukkan bahwa mayoritas yang signifikan dari para eksekutif tersurvei percaya bahwa kesehatan adalah sektor yang akan mendapatkan keuntungan besar dari dampak RI keempat ini. Saat ini teknologi konsumen yang memakai telepon genggam dan alat kebugaran yang dipakai sehari-hari dapat mengumpulkan berbagai data secara detil tentang kesehatan dan status kebugaran seseorang.

Data seperti ini berpotensial untuk mentransformasi, tidak hanya kesehatan individual dan keperluan medisnya, namun juga untuk penelitian kesehatan. Bahkan ada suatu studi yang juga dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit mengatakan bahwa 50% dari para dokter percaya bahwa teknologi telepon pintar sangat memberdayakan pasien agar mereka berperan dalam mengatur kesehatan mereka secara proaktif. 

Sementara itu, banyak penyedia layanan kesehatan mengeksplorasi potensi telemedicine, yaitu suatu pemantauan dan pengobatan pasien dari jarak jauh melalui sensor yang tersambung ke internet. Diharapkan bahwa telemedicine akan terbukti sangat berharga dalam pengobatan penyakit kronis yang banyak dialami oleh lansia. Kedepannya, adalah sangat dimungkinkan bahwa warga senior menerima cek-up medis dengan kenyamanan bahkan di rumah mereka sendiri.

Telemedicine juga dapat membawa perawatan medis kepada masyarakat di lokasi terpencil. Di masa depan, beberapa aplikasi medis yang sangat hebat muncul dari kombinasi teknologi fisika, digital dan biologi termasuk pil yang menggabungkan sensor digital untuk mengatur pelepasan obat; anggota badan robot yang menanggapi pikiran pasien; serta psikoterapi secara virtual reality. Secara global, semua teknologi ini diharapkan oleh banyak pihak untuk dapat berdampak besar bagi kesehatan, seperti halnya ketika penggunaan ilmu statistik diterapkan pada semua bidang ilmu lainnya di akhir abad ke-19.

Baca juga: Peran Farmasis Dalam Menyongsong Indonesia Sehat 2025

Tentu saja, sebuah revolusi yang mendalam sepertinya akan memaksa penyedia layanan kesehatan untuk secara substansial mengadaptasi praktik kerja mereka. Sayangnya, jajak pendapat Uni Eropa juga mengungkapkan bahwa kurang dari separuh eksekutif kesehatan (38%) yang percaya bahwa mereka sudah 'cukup' atau 'sangat' siap untuk Revolusi Industri Keempat.

Apakah yang dimaksud dengan Industri Farmasi 4.0?

Alasdair Gilchrist, penulis teknologi, menggambarkan Industri 4.0 sebagai "Konvergensi sistem fisik, orang, dan data dalam suatu proses industri untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan, tentu saja, profitabilitas".

Kualitas dalam Industri Farmasi 4.0

Tanpa diragukan lagi, transformasi digital mempengaruhi semua sektor, termasuk apoteker. Sayangnya, tidak semua orang memulai petualangan baru ini; tidak semua orang mengambil keuntungan dari potensi itu, mengintegrasikan apotek mereka ke era digital ini. Produsen produk farmasi harus tetap kompetitif dalam pasar pertumbuhan yang kompleks. Regulator setiap hari lebih tertarik pada pemantauan produk yang berkelanjutan dan menyeluruh. Tidak setahun sekali, revisi lebih sering dicari dalam setahun. Itulah yang ditawarkan oleh teknologi Pharma 4.0, kontrol proses yang terus menerus dan real-time.

Apa Peran yang Dimainkan Orang di Industri Farmasi 4.0?

Teknologi yang tersedia memungkinkan mengotomatisasi semua jenis proses fisik apotek. Oleh karena itu, berkat algoritma matematika atau otomatisasi proses logis, apotek memiliki kapasitas besar untuk memantau dan mengukur manajemennya dalam proses, misalnya, berulang. Jadi seorang profesional akan mencurahkan waktunya untuk tugas-tugas manual yang lebih sedikit. Sebaliknya, apoteker mungkin lebih berdedikasi untuk menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Menerapkan konsep ini membutuhkan lebih sedikit orang di lini produksi 4.0 Pharma untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Tetapi ini bukan orang perorangan, melainkan tim, karena keterampilan yang berbeda diperlukan untuk memulai mereka. Ini perlu untuk pelaksanaannya untuk mengetahui industri, teknologi; memiliki analisis statistik dan program terkait mereka dan tentu saja, menganalisis data untuk membuat keputusan berdasarkan pada mereka.

Ekonomi global saat ini sedang pada titik puncak perubahan besar yang sebanding besarnya dengan munculnya revolusi industri pertama atau perkembangan perakitan produksi, atau bahkan penemuan mikrocip. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Sementara itu, kepemilikan perangkat pintar di berbagai bagian dunia mengarah pada tingkat keterkaitan satu sama yang lain yang tak terbayangkan sebelumnya.

Di antara berbagai tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini, mungkin yang paling besar adalah bagaimana membentuk Revolusi Industri keempat (disebut juga sebagai Industri 4.0) yang dimulai pada permulaan abad ini. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi dengan cara yang fundamental akan mengubah umat manusia. Ada banyak pendapat bahwa sektor kesehatan dan bioteknologi sangat diuntungkan oleh transformasi ini. Sejauh mana transformasi ini akan berdampak positif bergantung pada bagaimana kita menavigasi risiko dan peluang yang muncul di sepanjang jalan.

Revolusi Industri 4.0 atau industri generasi ke empat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi serta internet. "Lima industri yang jadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia," kata Jokowi saat membuka Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (4/4/2018). Jokowi menjelaskan, kelima jenis industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung dalam rangka meningkatkan daya saing yang sejalan dengan perkembangan industri generasi ke empat. Lima sektor tersebut juga dinilai Jokowi akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi

Dalam industri farmasi, aspek yang sangat dikedepankan adalah aspek mutu yang baik.

Berbagai tahapan ujian, mulai dari bahan baku sampai menjadi kemasan, tentunya menyokong keberhasilan suatu produk. Setiap tahapan pun berkolerasi dengan tahap selanjutnya. Oleh karena itu, demi melakukan efisiensi dan menjaga kualitas produk, industri farmasi membutuhkan teknologi canggih.

Salah satu pabrik terbaru di kawasan Semarang ini, misalnya. Pabrik di atas lahan seluas 17.000 m2 dengan luas bangunan 28.000 m2 ini merupakan pabrik Cairan Obat Dalam (COD) baru yang dilengkapi dengan berbagai macam peralatan berteknologi modern.

Baca juga: Bagaimana Perkembangan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di Masyarakat dan Peran Farmasis Dalam Hal Tersebut ?

Hal inipun guna merealisasikan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor berbasis kimia. Apalagi Kemenperin mencatat, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 6,85 persen pada tahun 2017. 

Bioteknologi yang dapat diterapkan IR 4, yaitu ilmu molekular dasar terhadap hewan, tumbuhan, dan lain-lain untuk menghasilkan suatu senyawa. Senyawa inilah yang dapat digunakan sebagai pengobatan dan preventif penyakit. Namun, masih terdapat masalah dalam pengembangannya, salah satunya adalah membutuhkan bahan baku dalam skala besar.

Pada keadaan saat ini, Indonesia masih mengimpornya serta belum tersedianya wadah dari pemerintah untuk melakukan riset skala besar. Solusi yang dapat diberikan untuk kedepannya, Indonesia dengan kekayaan alam yang dimiliki dapat memproduksi bahan baku sendiri dan pemerintah dapat lebih memfasilitasi untuk pengembangan bioteknologi. Supaya kedepannya Indonesia dapat menerapkan Bioteknologi Farmasi di Era Revolusi Industri 4.0 dengan baik.

Perubahan itu keniscayaan, datang untuk ditolak, dihindari atau dipersiapkan? Are you ready for being a part of the creative disruption ? 

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

#PDKMF2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun