Jika dihitung secara kalkulasi kasar, misalnya dari hasil pilpres kemarin, bisa dipastikan yang mendukung Ahok sebagai pimpinan otorita ibu kota, jumlahnya lebih besar dibandingkan yang menolak.Â
Telebih lagi, alasan penolakan Mujahid 212 dan Persaudaraan Alumni (PA) 212, sifatnya politis.Â
Mengapa? Mereka juga meminta Ahok dicopot dari posisinya sebagai Komut Pertamina.Â
Bahkan, bukan hanya itu, mereka juga merupakan kelompok yang tidak menghendaki ibukota Indonesia ini dipindahkan. Waduh!
Penulis berharap, aspek kemampuan dan pengalaman calon bisa lebih dikedepankan.
Apalagi, calon yang dipilih itu adalah sosok akan menentukan ibu kota baru Indonesia.Â
Ada hal lain yang lebih penting, yaitu sikap legowo rakyat untuk bisa menerima perpindahan ibukota, dari Jakarta ke Kalimantan.
Kepindahan ibu kota negara ini, bukan untuk 10 sampai 50 tahun, tapi kalau bisa selama negara ini berdiri.Â
Calon-calon lain pun punya kelebihan dibandingkan Ahok, dan mungkin juga lebih rendah tingkat penolakannya.Â
Namun, karena sifatnya  politis, tentu saja Presiden Jokowi punya pertimbangan lain.