Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis untuk Kebermanfaatan atau Sekadar Hiburan?

4 Maret 2024   00:01 Diperbarui: 4 Maret 2024   00:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi via image creator Canva 

"Pikiran yang terbuka lebih berharga daripada sekadar terhibur."

Dewasa ini, tulisan yang berisi hiburan jauh lebih diminati dibanding tulisan yang mengandung ajakan kebaikan. Tren ini sangat disayangkan, mengingat pentingnya konten positif yang dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi pembaca. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tulisan hiburan lebih digemari ketimbang tulisan kebajikan:

Pertama, tulisan hiburan dipandang lebih menghibur dan menyenangkan. Kebanyakan orang membaca untuk melepas penat dan melarikan diri sejenak dari rutinitas serta masalah sehari-hari. Mereka cenderung memilih bacaan ringan yang menghibur seperti novel romantis, cerita horor, atau gosip selebriti, ketimbang membaca tulisan berat yang mengajak berpikir kritis atau melakukan introspeksi diri. Tulisan hiburan dianggap lebih instant dalam memberikan kepuasan dan kenikmatan bagi pembaca. Tidak heran bila blog-blog cerita seperti Cerpenmu, Creepypasta, atau platform daring seperti Webtoon begitu digandrungi pembaca saat ini. 

Kedua, ajakan kebaikan dalam sebuah tulisan kerap kali dianggap menggurui dan menceramahi. Apabila tidak disampaikan dengan bijaksana, pembaca bisa merasa digurui atau diceramahi layaknya anak kecil. Tentu saja hal ini membuat kurang nyaman dan enggan melanjutkan membaca. Sebaliknya, tulisan fiksi atau gosip selebriti tidak bermaksud menggurui atau menceramahi para pembacanya. Pembaca bebas menikmati tulisan tanpa ada rasa terbebani. Meski demikian, penulis kebaikan perlu pandai mengemas pesannya dengan halus dan bijaksana agar tidak terkesan menggurui.

Ketiga, orang lebih menyukai hiburan dan kesenangan instan daripada harus berpikir panjang mengenai ajakan kebaikan yang terkadang abstrak dan sulit diwujudkan. Membaca dan merenungkan ajakan kebaikan membutuhkan kontemplasi dan refleksi diri yang mendalam. Tidak semua orang sanggup dan mau melakukan refleksi panjang hanya untuk sebuah tulisan. Sementara hiburan langsung dapat memuaskan hasrat manusia akan stimulasi dan kesenangan sesaat. Pembaca dapat dengan mudah melupakan masalah yang sedang dihadapi tanpa perlu berpikir keras. Maka wajar bila orang lebih memilih bacaan ringan sekadar untuk hiburan semata.

Keempat, dari sisi struktur dan bahasa, tulisan fiksi atau hiburan umumnya lebih ringan dan sederhana. Plotnya mudah diikuti dengan bahasa yang cenderung informal dan dialogis. Hal ini berbeda dengan tulisan yang mengandung ajakan kebajikan, yang memerlukan bahasa yang lebih berbobot untuk menyampaikan gagasan yang mendalam. Strukturnya pun terkesan lebih akademis dan sistematis, membuatnya terasa berat untuk dibaca. Meski demikian, sebuah ajakan kebaikan bila dikemas dalam struktur cerita yang enak dibaca, bisa lebih mudah diterima pembaca.

Terakhir, fenomena ini mencerminkan kurangnya minat baca masyarakat terhadap konten positif yang mendidik. Kebudayaan instant gratification yang kian merajalela menyebabkan orang lebih menghargai hiburan semata yang memberi kepuasan sesaat. Di era serba instant ini, orang segan meluangkan waktu untuk merenungkan tulisan yang mengajak kebaikan karena dianggap terlalu merepotkan dan tidak praktis. Padahal, manfaat jangka panjang dari konten positif jauh lebih besar ketimbang sekadar bacaan hiburan. Sayangnya, tidak banyak yang menyadari hal ini.

Meski demikian, upaya untuk terus menulis dan menyebarkan ajakan kebaikan tetap penting untuk terus digalakkan. Dengan kreativitas dan strategi penulisan serta penyampaian yang tepat, tulisan-tulisan kebajikan dapat direncanakan secara lebih menarik dan disenangi pembaca. Ajakan kebaikan dapat dikemas dalam cerita-cerita inspiratif yang ringan dan mudah dicerna. Penulis bisa memanfaatkan daya tarik emosional dengan memaparkan contoh-contoh nyata perilaku baik dari tokoh publik agar pembaca termotivasi untuk mencontohnya. 

Selain itu, penulis juga bisa menggunakan bahasa sehari-hari dan gaya penulisan informal layaknya menulis di media sosial. Hal ini akan membuat pembaca merasa lebih akrab dan nyaman membaca tulisan kebaikan. Penerbit juga perlu aktif mempromosikan buku-buku kebajikan melalui berbagai platform daring maupun luring agar dapat menemukan pembaca yang tepat. Dengan demikian, upaya penyebaran ajakan kebaikan dapat terus digencarkan meski tren bacaan cenderung didominasi tulisan-tulisan hiburan semata. Tulisan kebaikan pun pada akhirnya dapat menempati tempat yang penting di hati para pembaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun