Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagi Para Pendatang, Jakarta Bukan Sekadar Kota Uang

12 April 2024   13:08 Diperbarui: 12 April 2024   13:11 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengulik topik tentang Jakarta layaknya meminum air garam, alias tak pernah mentok pada satu paradigma semata yakni dari segi politik kenegaraan sebagai pusat percaturan politik dan kebijakan negara.

Melainkan selalu kehausan topik yang selalu terungkap dan terbongkar melalui berbagai sudut pandang setiap orang bersama dengan kepentingannya dari elit dan megahnya Jakarta sebagai mama kota negara.

Ibarat meminum air garam, semakin diminum semakin kehausan, Jakarta sejatinya menjadi pusat semua narasi kehidupan yang tak berkesudahan namun terus mengapung di sepanjang analisis.

Oleh karena itu, kali ini saya memberanikan diri membahas Jakarta dari sisi saya sebagai orang kampung. (Kalau melenceng atau keliru bisa dikritisi kembali).

Artinya dalam konteks ini, saya coba meneropong bagaimana rumitnya kehidupan di Jakarta dengan berjarak dari Jakarta itu sendiri.

Melihat dan mengenal kota Jakarta bagi saya hingga sekarang hanya sebatas menonton TV, membaca buku atau artikel tulisan di berbagai media, menonton video atau konten yang berseliweran di berbagai media sosial dan tak lupa pula melalui pengalaman pribadi dari kenalan dan keluarga yang hingga kini sudah terbilang sebagai warga tetap Jakarta.

Lalu bagaimana dengan sudut pandang saya sendiri melihat kehidupan di Jakarta pasca lebaran.

Jakarta dari kacamata Para Pendatang

Tentunya, sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari semua kegiatan politik, ekonomi maupun kebudayaan.

Dari sudut pandang para pendatang, hampir sebagian besar meniti dan menjalani hidup di Jakarta sekedar untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan, meski sebagian kecil lainnya bertujuan untuk menempuh pendidikan.

Akan tetapi tetap saja semua adalah para pendatang yang hendak mengadu nasib di ibukota negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun