Jika hidup ini disebut sebagai sebuah perjalanan, tentu ada asalnya dan ada yang dituju. Mustahil kita tiba-tiba ada di dunia ini dan tanpa ada alasan apa pun. Semua pasti ada asalnya dan ada tujuannya.
Bila kita mengulik dalam firman Tuhan, jelas dikatakan bahwa kita berasal dan akan kembali kepada Tuhan. Inna Lillahi wa inna Ilaihi raji'un. Pada saatnya kita pasti akan kembali pulang kepada-Nya.
Bila kita telah mengetahui asal kita, pastikan kita tidak pernah melupakan itu. Jangan sampai kita seperti kacang lupa pada kulitnya. Lupa terhadap asal akan membuat kita kehilangan kendali dan arah dalam perjalanan hidup.
Sungguh berbahaya bagi seseorang yang lupa terhadap asal dan tempat berpulang hidupnya. Dia tentu akan menjalani hidup dalam kebingungan dan kehampaan. Dia akan mencari sandaran kepada makhluk (harta, tahta, manusia, dan lain sebagainya selain Tuhan) yang lemah.
Jika dia menyandarkan hidupnya kepada makhluk, habislah dia. Sebab dia akan mengkhianati naluri kemanusiaannya. Dia akan diperbudak oleh makhluk yang dijadikan sandarannya itu.
Sebaliknya, jika dia menyandarkan hidupnya kepada Sang Pemberi hidup, yaitu Tuhan, tentu dia akan merdeka. Dia tidak akan diperbudak oleh makhluk. Dia akan menempatkan makhluk sesuai dengan proporsinya sesuatu dengan tuntunan Sang Pemberi hidup.
Di samping itu, agar perjalanan hidup kita ini tidak hampa maka amat penting untuk senantiasa mengingat alasan keberadaan kita. Tuhan mengatakan bahwa alasan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, semua tindakan yang kita lakukan sudah seyogiyanya berorientasi pada ibadah.
Kita perlu selalu melakukan evaluasi apakah semua fasilitas yang diberikan Tuhan sudah diorientasikan kepada ibadah atau belum. Jangan sampai semua fasilitas yang diberikan kepada kita hanya dipakai untuk memuaskan hawa nafsu belaka. Sebab semua fasilitas itu pastilah akan dimintai pertanggungjawabannya.
Ketika kita pulang kepada-Nya, tentu kita akan ditanya tentang semua hal dalam perjalanan hidup ini. Mulai dari yang terkait dengan fasilitas yang telah diberikan-Nya hingga bekal yang dibawa. Sudahkah fasilitas itu digunakan sebagaimana mestinya? Berapa bekal yang kita bawa pulang?
Oleh karena itu, setelah kita tahu arah pulang kita maka alangkah lebih baik bila kita menyiapkan segala sesuatu. Kita perlu menyiapkan bekal yang cukup agar bisa sampai tujuan dengan selamat. Sebab kepulangan kita ke hadapan Tuhan tidak akan pernah bisa diulang.
Saat mau mudik Lebaran saja kita menyiapkan bekal yang banyak. Apalagi mau pulang ke hadirat-Nya. Kepulangan yang tidak sama dengan mudik. Untuk mudik, mungkin tahun depan bisa terulang. Namun, untuk pulang ke Tuhan tak akan pernah terulang.
Untuk itulah, dengan mengetahui asal kita dan semua fasilitas yang dianugerahkan kepada kita maka bersyukurlah. Sebab dengan bersyukur maka Tuhan akan menambah nikmat-Nya. Sebaliknya, dengan ingkar maka azab pedih akan ditimpakan kepada kita.
Sementara untuk pulang, mari kita persiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Jadikan kehidupan ini sebagai ladang menanam amal saleh setiap saat. Orientasikan semua kegiatan untuk beribadah agar bernilai pahala. Jangan sampai kita pulang dalam keadaan merugi sehingga tidak sampai ke tujuan yang diimpikan, yaitu Tuhan.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selamat di dunia hingga akhirat. Rabbanaa aatina fiddun yaa hasanah. Wa fil aakhirati hasanah. Wa qinaa 'adzabannar.
RGS, 21 Maret 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI