Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Revolusi Kepercayaan dari Desa

1 Desember 2014   05:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14173565681373328509

Yansen mencoba menerapkan pola sebaliknya. Ia memberikan kepercayaan pada desa sebagai sentral pembangunan. Karena pada dasarnya pembangunan nasional berawal dari pembangunan di desa. Masyarakat di desa memiliki kemampuan memberdayakan diri karena merekalah pihak yang paling mengerti dengan persoalan internal mereka sendiri. Yansen meyakini, pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan tingkat partisipasi masyarakat. Sebab masyarakat desalah yang mengerti bagaimana cara mengelola nilai dan potensi di desa mereka sendiri.

Yansen kemudian membentuk apa yang dinamakan Gerakan Desa Membangun (Gerdema) di Kabupaten Malinau, provinsi Kalimantan Utara  yang dipimpinnya. Dalam Gerdema, warga masyarakat tak hanya diikutsertakan membangun desanya, namun juga diberdayakan, diberikan ruang aktualisasi diri yang lebih lapang.

Apa yang dilakukan Yansen yang mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pembangunan berbeda dengan konsep yang dikenal selama ini. Aparat pemerintahan selama ini masih sangat dominan menentukan apa yang harus dilakukan bersama-sama warganya. Program dibuat top down atau dari pejabat turun ke bawah. Pelaksana pembangunan adalah aparat yang dibantu warga masyarakat.

Sementara dalam Gerdema, rakyat dijadikan sebagai aktor utama, mereka dimuliakan harkatnya, ditempatkan pada posisi sebagai 'pemilik' bukan sebagai pemain pinggiran. Desa dalam  pemahaman Yansen adalah sebuah komunitas yang aktif, yang menunjang dan menentukan pembangunan dalam skala yang lebih luas. Karena apa yang terjadi dalam skala makro haruslah dimulai dan ditata dengan baik di skala mikro atau tingkat desa.

Masyarakat tak hanya dilibatkan untuk ikut membangun, tapi merekalah yang menentukan apa yang harus mereka lakukan untuk membuat desa mereka 'bergerak' dari situasi awal menuju sebuah pencapaian yang terukur. Dengan demikian apa yang dilakukan Yansen adalah mengajak masyarakat menumbuhkan sebuah kepercayaan diri, kepercayaan bahwa mereka bisa mengurus diri sendiri. Sebab pada dasarnya masyarakatlah yang lebih tahu apa persoalan internal desa mereka, bukan seorang pejabat yang meski berpendidikan tinggi namun pasti memiliki keterbatasan mendeteksi persoalan di desa.

Kepercayaan adalah aset berharga dalam pembangunan. Dan kepercayaan untuk melakukan pembangunan bukan untuk diberikan kepada seorang pejabat publik untuk mengatur semua hajat hidup orang banyak. Pemimpin adalah seorang regulator, pendamping dan pemberi semangat masyarakat.

Ia menjadi dirigen dalam orkestrasi pembangunan di level tertentu. Masyarakat sebagai pemain utama pembangunan lah yang akan menentukan apakah orkestrasi yang dipimpin seorang dirigen akan berhasil atau bersuara sumbang.

Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca dan dikaji para kepala daerah di semua tingkatan. Pengalaman dan buah pemikiran DR. Yansen TP ini bukan saja memberi sumbangan berharga bagi kemajuan dunia politik dan kepemimpinan nasional, namun juga sebuah dokumen berharga mengenai pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Jangan pernah menyepelekan masyarakat, termasuk yang berada di desa sekalipun. Karena merekalah pemilik kedaulatan yang hakiki. Merekalah pemilik negeri yang sebenarnya. Di tangan masyarakatlah arah pembangunan sebenarnya bisa dilihat dan dirasakan.

Buku ini juga cocok jadi bahan kajian ilmiah di perguruan tinggi dan dipelajari oleh mereka yang berminat pada persoalan otonomi daerah, politik pemerintahan, serta pembangunan partisipatif. Semoga bukan hanya DR.Yansen yang membukukan pemikiran-pemiliran menariknya mengenai pembangunan daerah, karena kita tahu sekarang banyak pemimpin daerah yang hebat-hebat seperti Basuki Tjahaya Purnama di Jakarta, Ridwan Kamil di Bandung, atau Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi yang tentunya memiliki pemikiran yang berbeda dalam menjalankan pemerintahan di daerah.

Kita butuh buku-buku bermutu sejenis dari mereka, para pemimpin daerah lainnya. Kita tunggu saja, semoga tradisi menuangkan pemikiran dalam buku menjadi penanda yang baik. Dan para pemimpin daerah yang berhasil menjadi motor penggerak pembangunan di daerahnya mau berbagi kiat dalam menggerakkan rakyat sebagai agen pembangunan sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun