Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Berbalut Sepi

22 Februari 2025   18:51 Diperbarui: 22 Februari 2025   18:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto  : Meta AI 

Hari-hari berikutnya, aku mulai menyadari perubahan halus pada Naya. Ia tak lagi membiarkan pintunya tertutup rapat setiap waktu. Kadang, aku menemukannya sudah menunggu di ambang pintu dengan secangkir teh hangat di tangannya, seolah-olah kehadiranku bukan lagi sesuatu yang asing. Percakapan kami pun semakin dalam---bukan sekadar basa-basi tentang cuaca atau rutinitas harian, tetapi tentang masa lalunya, tentang luka-luka yang selama ini ia sembunyikan di balik sikap diamnya.

Dari kisah yang ia bagi, aku memahami bahwa Naya bukan sekadar seseorang yang terjebak dalam kesepian. Ia adalah perempuan yang pernah mencintai dengan segenap jiwanya, hanya untuk kehilangan semuanya dalam sekejap. Rasa takut membuatnya membangun dinding tinggi, mengasingkan dirinya dari kemungkinan baru. Namun, sedikit demi sedikit, dinding itu mulai retak. Perlahan, ia mulai memahami bahwa kesepian bukanlah takdir yang tak bisa diubah, bahwa masih ada ruang di hatinya untuk sesuatu yang baru---entah itu harapan, keberanian, atau mungkin, cinta yang lain.

---

Suatu pagi, saat aku tiba di rumahnya, Naya sudah menungguku di teras. Ia tersenyum lebar, sesuatu yang jarang aku lihat belakangan ini.

"Aku punya sesuatu untukmu," katanya, menyerahkan selembar kertas.

Aku membacanya---sebuah puisi pendek tentang harapan dan kebangkitan kembali. Kata-katanya sederhana, tapi sarat makna. Aku bisa melihat perjuangan yang ia jalani selama ini terukir di setiap baitnya.

Bangkit dari Sepi


Dalam sunyi aku berjalan,

menghitung jejak yang hilang di senja,

angin berbisik tentang masa lalu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun